Wednesday, 12 April 2017

UJIAN KESETIAAN

"OM SWASTI ASTU"

"Sebelum saya memulai cerita ini, saya cakupkan tangan dan memanjatkan doa kepada Dewa Ganesha, Dewi Parwati/Uma, dan Dewa Siwa, semoga atas anugerah Anda semua, maka memperkenankan saya untuk mencoba menceritakan tentang salah satu kisahMu yang penuh akan pencerahan, jikalau ada kesalahan dari tulisan dan penyampaian hamba semoga Engkau Yang Maha Segalanya tak memberikan hamba penyakit dan kutukanMu" 

Konsep ke-Tuhan-an yang unik dimilik agama Hindu, diantaranya yaitu konsep Nirguna Brahman dan Sarguna Brahman. Nirguna Brahman adalah konsep yang menyebutkan Tuhan itu tanpa wujud, tidak kan bisa dipikirkan sama sekali. Sedangkan Saguna Brahman adalah konsep yang menyebutkan bahwa Tuhan itu telah memiliki bentuk kepribadian dan bisa masuk ke dalam akal pikiran manusia. Konsep Saguna Brahman inilah yang berkembang menjadi konsep polytheisme yang nantinya menjadi konsep dasar dari munculnya konsep Tri Murti, yang sering diwujudkan ke dalam wujud dari tiga pribadi Tuhan yang berbeda, yaitu Brahma, Visnu, dan Siwa. Konsep Tri Murti ini juga yang berkembang menjadi konsep dewa-dewi dalam agama Hindu.

Setiap dewa dalam Tri Murti memiliki Sakti atau Devi sebagai pendampingnya. Dewa Brahma saktiNya Dewi Saraswati, Dewa Wisnu saktiNya Dewi Sri/Laksmi, Dewa Siwa saktiNya Dewi Parwati/Uma/Durga. Disini saya coba mencertakan tentang asal-asul dari Dewi Durga yang saya baca dari Lontar Andhabhuwana. 

Suatu ketika Dewa Siwa ingin menguji kesetiaan dari saktiNya yaitu Dewi Uma. Maka dimintalah Sang Dewi untuk turun ke bumi mencari susu. Sang Dewi menyanggupi dan segera pergi ke bumi untuk memperoleh susu yang diminta. Dalam perjalanan pencarianNya, Beliau memperoleh kesulitan, sudah cukup lama Beliau mencari tapi tak kunjung menemukan seorang gembala sapi. Dan akhirnya bertemulah Beliau dengan seorang pengembala sapi (gembala ini tak lain dari Dewa Siwa sendiri yang sedang menyamar untuk menguji kesetiaan saktiNya). 

Sang Dewi mencoba meminta sedikit susu sapinya tapi ditolak. Berbagai cara telah di tempuh tapi tetap ditolak oleh si gembala. Dia hanya mau memberikan susu itu jika Sang Dewi berkenan melayaninya. Dan akhirnya Sang Dewi pun harus merelakan diri untuk melayani si pengembala.

Setelah susu sapi diperolehNya, Sang Dewi lalu kembali ke kediamannya untuk menyerahkan susu tersebut kepada suamiNya. Sebelum menerima susu itu Dewa Siwa bertanya kepada saktiNya, dari mana susu itu diperolehnya dan dengan cara bagaimana mendapatkannya. Sang Dewi yang panik akan pertanyaan itu terpaksa harus melakukan sebuah kebohongan. Dewa Siwa akhirnya memanggil putraNya yaitu Dewa Ganesha. Beliau meminta Dewa Ganesha menggunakan Tenung Aji SaraswatiNya untuk mengetahui asal muasal dari susu tersebut. Dibeberkanlah semua apa yang diketahui Dewa Ganesha kepada ayahandaNya. Mendengar apa dikatakan Dewa Ganesha ini membuat marah Dewi Uma, sehingga dengan api kemarahannya dibakarlah Tenung Aji Saraswati.

Melihat terbakarnya Tenung Aji Saraswati, dan mendengar kebohongan dari Dewi Uma, maka meledaklah kemarahan Dewa Siwa, dan segera mengutukNya menjadi Dewi Durga. Setelah dikutuk turunlah Sang Dewi ke bumi, lalu
 berstana sebagai dewi penguasa kuburan yang diikuti oleh ke-108 pengikutnya berupa para Bhuta-Bhuti yang bentuknya mengerikan. 

Disini Beliau dan pengikutNya mempunyai tugas untuk menebar segala penyakit, menciptakan kekeringan, dan segala bencan di dunia. Sasaran utaman dari tugas Beliau adalah manusia yang lupa untuk berbhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Penyakit dan semua bencan yang diciptakan oleh Dewi Durga dan pengikutNya mempunyai tujuan untuk menyadarkan manusia agar selalu ingat dan berbhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Maka dari itu untuk mengurangi gangguan yang ditimbulkan oleh kekuatan Dewi Durga dan pengikutnya dilakukanlah persembahan yang kita kenal sekarang dengan nama "butha yadnya".

Pesan Penulis

Perselingkuhan bukanlah sebuah akhir dari jalan keluar yang dirasa buntu, dan bukan juga merupakan jawaban dari sebuah alasan untuk mengucapkan kekurangan dari pasangan kita. Tapi itu sebenarnya refleksi dari kekurangan diri kita sendiri, yang tak pernah kita sadari. Karena perselingkuhan sebenarnya adalah kegagalan menjaga kepercayaan yang diberikan dan telah mengingkari sebuah kesucian dari janji setia pada pasangan masing-masing. (
Gede Laksana 04/12/2017)

Sebuah hiasan yang melekat pada jiwa, yang kilauannya berlipat-lipat dibandingkan berlian dunia sekalipun. Dan ini pula adalah kemewahan yang tak terhingga dari kesederhanaan. Berkata jujur amatlah baik, tapi berbicara yang benar itu lebih mulia
(Gede Laksana 04/12/2017)

Tulisan ini disadur dari berbagai sumber
Pesan Penulis dibuat oleh 
Gede Laksana

by 
 Anindya Manohara

"OM SHANTI, SHANTI,SHANTI, OM"



2 comments:

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...