Saturday, 15 April 2017

DI ATAS LANGIT ADA LANGIT

"OM SWASTI ASTU"

Cerita ini dimulai ketika pengasingan Pandawa ke hutan selama 13 tahun. Saat itu Arjuna tidak ikut berkumpul bersama saudara-saudaranya, tapi dia pergi bertapa di sebuah gunung untuk memperoleh panah sakti yang bernama Pasupati dari Dewa Siwa.

Semenjak kepergian Arjuna, ke empat saudaranya dan Dewi Drupadi merasa sangat kesepian, maka dari itu mereka berlima pergi meninggalkan hutan yang penuh kenangan akan Arjuna. Lalu mereka memutuskan untuk menuju ke lereng Gunung Himalaya. Setelah berhari-hari perjalanan, maka tibalah mereka semua di Kulinda, wilayah Kerajaan Subahu yang terletak di kaki Gunung Himalaya. Disana mereka disambut langsung oleh Raja Subahu dan menginap dikerajaannya untuk beberapa hari. Setelah merasa cukup disana, kemudian mereka kembali meneruskan perjalanan ke hutan 
Narayansrama. Di hutan itu mereka semua memutuskan lagi untuk beristirahat beberapa hari.

Pada suatu hari angin bertiup begitu kencang, sehingga dedaunan berterbangan. Tiba-tiba sekuntum bunga saughandi mendarat di pangkuannya, karena tertarik akan harumnya, maka dimintalah Bima untuk mencarikannya. Bima yang tak ingin istrinya kecewa, maka segera berangkat untuk menemukannya. Dengan mengikuti bau harum dari bunga itu, Bima memulai perjalanannya. Setelah berjalan cukup jauh, tiba-tiba dia harus menghentikan perjalanan, dikarenakan dihadapan Bima seekor monyet besar putih tergeletak melintang di jalan setapak. Dia lalu meminta kera itu untuk tidur menepi, agar dia bisa melewati jalan tersebut. Mendengar ada yang berbicara dengannya lalu kera itu sengaja memancing dan menggoda Bima, lalu berkata "Siapa yang berbicara? Kenapa tega sekali menyuruh seekor kera tua yang sedang sakit dan tergeletak tak berdaya di jalan ini untuk menyingkir?". Mendengar hal itu emosi Bima mulai muncul "Aku Bima, salah satu dari Pandawa, orang yang paling kuat dan putra dari Dewa Bayu". Kera tersebut kembali berkata menantang "jika memang engkau yang terkuat, kenapa tak coba mengangkat dan memindahkanku ke tepi jalan" ucapnya.

Mendengar hal itu langsung membuat amarah Bima berkobar, dia langsung memegang ekor kera itu hendak menarik dan melemparnya jauh. Tapi apa mau di kata, keanehan terjadi saat ekor kera itu di genggam dan hendak diangkat, Bima merasa ekor itu begitu berat. Lalu dikerahkan seluruh tenaganya tapi ekor itu tetap tak bergeming dari letaknya tadi. Bima yang kelelahan itu akhirnya mengakui kekuatan kera tersebut, dan dia pun tersadar bahwa yang dia hadapi ini bukanlah kera biasa. Sambil mencangkupkan tangan di dada, Bima memohon maaf atas kesalahannya dan berucap "Maafkanlah atas kesombonganku, semoga anda berkenan memberitahuku siapa anda sebenarnya". Mendengar hal itu, akhirnya sang kera menampakkan wujud aslinya yang berupa seekor monyet besar yang berwarna putih memancarkan kilauan cahaya. Dia pun berkata "aku telah menunggumu selama bertahun-tahun saudaraku, akulah Anoman putra dari Dewa Bayu juga, dan akulah kakakmu sendiri". Mendengar dan saling mengetahui hal itu membuat mereka berpelukan, persaudaraan yang terjalin diantara zaman yang berbeda akhirnya ditemukan. 


Pada kesempatan ini Anoman memberi petunjuk kepada Bima, tentang bagaimana menjalani hidup dengan penuh pengabdian dan perlunya yakin kepada diri sendiri. Hanuman memberi nasehat agar Bima berjuang menegakkan dharma tanpa pamrih dan perlunya menemukan jati diri, sehingga kita tidak akan goyah dengan berbagai prahara ataupun kegemerlapan dunia. Dan Anoman juga memberi tahu bahwa dalam perang nanti dia akan berada pada bendera kereta Arjuna. Dan anugerah untuk Bima dia berjanji bahwa kapanpun dalam perang nanti saat Bima berteriak maka disana kekuatan Anoman akan muncul dalam dirinya.

Pesan Penulis

Kekuatan dan kemampuan yang didasari oleh kesombongan akhirnya akan hancur oleh sang waktu, tunjukkanlah kekuatan dan kemampuanmu sesuai dengan waktu dan tempatnya, pergunakan itu pada jalan kebenaran, niscaya apa kelebihan dari anugerah Tuhan akan menjadi lebih bermanfaat dan menyisakan kepuasan di hati. Ingatlah selalu kata pepatah "diatas langit masih ada langit". Seekor singa tetap dirasa lebih menakutkan dan berwibawa kalau didekati, apalagi kalau diusik akan kelar hidupmu, berbeda dengan seekor anjing yang kerap dilempar batu kalau terus menggonggong. Perbanyak bersyukur untuk mencegah kesombongan itu bangkit, karena sewaktu-waktu Tuhan bisa mengambil apa yang kita pinjam dariNya (Gede Laksana 04/15/2017)

Isi cerita disadur dari berbagai sumber
Pesan Penulis dibuat oleh Gede Laksana

by Anindya Manohara

"OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM"



4 comments:

  1. Keren
    Pentingnya rendah hati dan selalu bersyukur kepada Tuhan

    Astungkare harus selalu melatih diri

    ReplyDelete
    Replies
    1. semakin meningkat pemahamannya Rici, PERTAHANKAN!!

      Delete
  2. Anugrah dr Dewa atau Hyang Wudhi bila kita pakai untuk pamer kesombongan keangkuhan dll pada akhirnya tiada faedah dlm guna
    Bila Anugrah itu dipakai untuk kebaikan dijalan dharma apalagi untuk kebaikan orang banyak tentu akan lebih bercahaya tiada lekang oleh waktu dan zaman
    Sebagai umat manusia apapun Anugrah Beliau pakailah dijalan Darma niscaya mendpt kepuasan tersendiri dlm jalani hidup selalu bersyukur bersyukur pd Beliau tiada terputus

    ReplyDelete

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...