"OM SWASTI ASTU"
Dahulu kala hiduplah seseorang yang terkenal bijaksana, dia bernama Rsi Arsana (senang/gembira). Suatu hari beliau melakukan sebuah pemujaan. Setelah selesai melaksanakan pemujaan Rsi ini dihampiri oleh dua orang anak yang berniat berguru langsung kepada Sang Rsi. Kedua anak ini berasal dari keluarga yang berbeda, seorang bernama Hara (menawan), dan yg satu lagi bernama Mano (cantik). Dua anak ini sebenarnya berasal dari keluarga kaya raya, tp keinginan mereka untuk mempelajari ajaran keTuhanan begitu tinggi.
Singkat cerita Hara dan Mano telah belajar disana selama dua tahun. Sang Rsi pun sudah hafal betul tentang sifat mereka berdua. Suatu hari Mano memberikan sebuah gelang kepada Hara, dan begitu pula sebaliknya dengan Hara, dia memberikan sebuah gelang kepada Mano, kemudian keduanya saling mengikat gelang itu di pergelangan masing-masing sebagai tanda persahabatan.
Kian hari hubungan mereka menjadi semakin baik dan semakin akrab satu sama lain. Tapi suatu hari muncul bibit-bibit persengketaan dari mere berdua. Ceritanya seperti ini, Mano tiap hari memberikan apapun yang ia miliki kepada Hara, tp berbeda dengan Hara, setelah ia menerima pemberian dari Mano, Hara lalu mengucapkan terima dan pergi begitu saja, tanpa ada basa-basi dan obrolan sesama teman. Lama kelamaan Mano kesal juga akan sikap Hara, lantas karena rasa kesal yang memuncak dia pun menceritakan kejadian ini kepada Sang Rsi. Diceritakan hal tersebut, sebelum Sang Rsi membuat keputusan, dia menyelidiki dan mengikuti apa saja yang telah dilakukan Hara dalam kesehariannya. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, maka beliau membuat sebuah keputusan dan memanggil mereka berdua pada keesokan harinya.
Ketika ketiganya telah berada dalam sebuah ruangan maka Sang Rsi pun memberi kesempatan kepada Mano untuk pertama kali menceritakan semua keluh kesahnya, maka dengan berapi-api Mano mencurahkn semua kekesalannya atas sikap Hara. Usai Mano bercerita, kini tiba giliran Hara berkesempatan tuk bicara, tapi dia hanya diam seribu bahasa dan tersenyum saja. Untuk menghemat waktu Sang Rsi pun membuka suara dan menasehati murid-muridnya yg dimulai dari Mano " anakku Mano, apapun yang telah engkau berikan kepada sahabatmu, seharusnya itu semua berdasarkan hati yang ikhlas, kamu kan mengerti bahwa tujuan dari memberi bukan untuk mngharapkan sebuah kembalian atau balasan, jikalau keinginanmu seperti itu, maka itu bukan pemberian tapi kegiatan tukar-menukar, janganlah pernah engkau berkata bahwa hanya Mano yang selalu memberi kepada Hara, tapi sebenarnya Hara pun selalu memberi sesuatu kepada mu tanpa engkau sadari. dalam tiap pemberianmu, sesungguhnya Hara telah "memberi kesempatan" buat Mano untuk berbuat kebajikan/subha karma, dengan cara pemberian yang tulus ikhlas, adakah yang lebih mulia dari itu anakku? Ingat kalian terlahir dari keluarga yang sama-sama memiliki harta benda yang berlimpah, maka apapun yg telah Mano berikan, pasti Hara pun telah memiliki benda tersebut, tapi Hara tahu yang namanya kata "cukup", sehingga benda yang dia punya, yang serupa dengan yang kamu berikan, terus akan disumbangkan kepada orang yang lebih membutuhkan seperti fakir miskin. Untuk Hara, kamu pun juga harus demikian, mulai lah berbagi apapun itu, dan selalu lah terbuka dengan Mano, jangan hanya diam saja, karena dia adalah sahabatmu. Ingat satu hal, tidak ada sesuatu didunia ini adalah milik kita, sesungguhnya segala sesuatu ini milik Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Mano pun menangis, lalu tiba-tiba memeluk Hara dan meminta maaf, begitu pula dengan Hara, dia juga meminta maaf atas sikapnya selama ini, dalam pelukan Hara berbisik kepada Mano, "tdk ada pemberian dari mu yang lebih berarti dari persahabatan yang telah engkau berikan kepada ku Mano, gelang ini adalah saksi, bahwa kamu adalah sahabat terbaikku, dan tak akan pernah tergantikan dan tak kan pernah ku lupakan. Sejak hari itu mereka pun menjadi sahabat sampai ajal menjemput mereka.
Pesan Penulis
Seseorang pemberi, di saat memberikan sesuatu kepada penerima, secara tak langsung maka dia telah diberikan balasan dari si penerima secara kasat mata, jangan lah kita mengharapkan balasan atas semua pemberian kita. Ida Sang Hyang Widhi maha tahu, maha adil, beliau menciptakan karma phala bukan hanya untuk hiasan di mulut. Rekam jejak perbuatan kita pada kehidupan ini akan memperoleh penghargaan berupa karma yang setimpal dengan perbuatan kita. Ingat karma phala ada 3, jgn lah mengharapkn balasan secepat mungkin, dan 1 lgi "seribu orng sahabat masih terasa kurang dibandingkan hanya seorang musuh".
"OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM"
oleh Gede Laksana
Keren ceritanya
ReplyDeleteterima kasih bro
Deletepesannya ok terus berkarya
ReplyDeletelanjutkan bli ceritanya :)
ReplyDeleteterima kasih gek
Delete