Monday, 10 April 2017

KERAGUAN KEPADA NYA

"OM SWASTI ASTU"

Alkisah hiduplah sepasang suami istri dengan seorang anak gadisnya yang masih berumur enam tahun di sebuah desa. Kehidupan mereka tidaklah harmonis, dikarenakan sang suami gemar mabuk-mabukan dan doyan perempuan. Setiap suaminya pulang dari rumah, kerap terjadi perselisihan diantara mereka, yang akan berakhir dengan cinderamata merah di pipi kiri dan kanan sang istri. Dan pada akhirnya, dia pun hanya bisa menumpahkan rasa sedih berupa tangisan pada pelukan anaknya.

Hari-hari dia lalui dengan beban mental yg begitu berat, sambil bekerja sebagai buruh, dia juga menjaga anak semata wayangnya. Sang istri merupakan seorang yang memiliki budi pekerti yang begitu luhur, dia juga rajin sembahyang, dan seorang pemuja Dewa Siwa. Dalam tiap doanya, dia selalu memohon maaf atas tindakan suaminya, dan juga memohon kepada Beliau agar berkenan menyadarkan serta memohon keselamatan untuk keluarganya. Doa itu selalu dia panjatkan dalam tiap kesempatan bersembahyang.

Suatu ketika terjadi pertengkaran yang tak terelakkan lagi diantara keduanya, kali ini tindakan sang suami sungguh sangat keterlaluan, dia menampar pipi istrinya dengan sebuah batang kayu bakar. Kontan darah mengalir dari bibir dan hidungnya, serta dua butir gigi gerahamnya hancur, dia sempat sempoyangan, tapi dengan segala kekuatan dia pun berhasil melarikan diri dengan membawa anak perempuannya pergi bersama. Dia terus masuk ke hutan dengan tangis dan ringis kesakitan. Hingga sampailah dia pada sebuah kuil sederhana, dia masuk ke dalam, ternyata di sana berdiri sebuah Linggam kecil.

Di tengah kuil, dia menurunkan anaknya dari pelukan, lalu duduk bersimpuh serta mencangkupkan tangan di hadapan Linggam tersebut, "Oh Engkau Yang selalu kupuja, inikah jawaban atas semua doa2 ku selama ini kepadaMu?! Lihatlah keadaanku sekarang, aku tak lebih dari binatang yg dicampakkan, kemana kemahakuasaanMu ketika seorang pemujaMu membutuhkanNya. Aku selalu percaya padaMu, tapi hari ini Engkau benar-benar membuatku kecewa, dan mulai hari inipun aku tak akan pernah memujaMu lagi,.....tak akan pernah (teriaknya dengan sangat marah). Isak tangisnya pun menjadi-jadi, tanpa sadar dia mendekap Linggam tersebut dalam pelukkannya. Dia tak sadar, bahwa darah di hidung dan mulut, serta air matanya mengalir dan jatuh menetes pada ujung Linggam. Tiba-tiba angin keras menderu, menggoyangkan setiap lonceng yang menggelantung di dalam kuil tang...teng...tang...teng,... gemuruh membahana memecah keheningan, petir menyambar membelah langit, hujan melanda dengan sangat lebat, keadaan tersebut sangat mencekam. Perempuan ini mulai ketakutan, dia pun hanya bisa memeluk anaknya di dalam kuil. Bersamaan dengan suara gemuruh, sesuatu yang aneh terjadi, bagian samping kiri dari Linggam tersebut retak dan terkelupas sedikit, lalu sebuah genitri jatuh dari Linggam dan menggelinding mendekati perempuan itu dan anaknya, dia pun memberanikan diri tuk mengambil dan menggenggamnya. Tiba-tiba dalam kegelapan akibat ketebalan mendung, masuklah seorang pemburu dengan panah dan hasil buruannya berupa seekor kelinci. Pemburu tersebut menyapa ibu dan anak yg sedang berpelukan, lalu terjadi percakapan diantara mereka berdua, akhirnya perempuan ini menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya.

Setelah hujan reda, si pemburu keluar dari kuil untuk memanggang kelinci buruannya, dengan pisaunya dia memotong-motong daging tersebut, tapi tak lupa dia mempersembahkan daging tersebut pertama kali kepada pujaannya, setelah itu mereka pun makan bersama-sama. Ketika si anak kesulitan memakan daging tersebut, dia pun berkata "ibu bolehkah saya meminjam pisau bapak itu", katanya sambil menunjuk si pemburu. "Tidak, kamu belum waktunya untuk menggunakan pisau, nanti tanganmu terluka, jika sudah saatnya kamu memegangnya, ibu pasti mengabulkannya" katanya dengan lembut.

Tiba-tiba sang pemburu berbicara "kalau ibu sudah berkata seperti itu, artinya anda sudah menemukan jawaban dari Beliau" katanya sambil tersenyum. Si ibu balik bertanya "maksud bapak?", "ketika anda tersakiti dan sedih, sebenarnya Beliau pun merasakan apa yang pemujaNya rasakan, lihatlah Linggam tersebut, bukankah bagian pinggirnya tiba2 retak dan terkelupas, itu menandakan Beliau pun merasakan rasa sakit yang anda rasakan, dan lagi tiba-tiba ada sebuah rudraksa jatuh dan menggelinding ke arah anda, bukankah itu berarti bahwa Beliau juga turut sedih akan hal yg anda rasakan kini, yang saya tahu rudraksa adalah tetesan air mata dari Dewa Siwa sendiri, itu artinya Beliau telah memberitahu anda tentang apa yg telah terjadi" katanya sambil mengunyah daging kelinci. Setelah menelan daging, dia pun melanjutkan ucapannya, "sama seperti saat anda tadi menolak permintaan anak anda, Tuhan juga bukan tidak ingin mengabulkan permohonan pemujanya, hanya saja Beliau menunggu waktu yang tepat untuk mengabulkannya, agar pemujanya bahagia kelak". Menyadari akan kekeliruannya si ibu mengandeng tangan anaknya dan mengajaknya masuk ke dalam kuil, dan memohon maaf atas semua kesalahan perbuatan dan ucapannya. Ketika dia telah selesai berdoa, dia pergi keluar, tp si pemburu sudah tak ditemukannya di sana, yang ada hanya beberapa potong daging di atas dedaunan.

Ibu ini lalu memutuskan untuk pulang ke rumah, tapi disana dia melihat banyak warga yg sedang memukul suaminya, ini dikarenakan si suami ketahuan mencuri ternak salah seorang penduduk desa. Sang istri pun mencoba segala usaha untuk melindungi suaminya dari kemarahan penduduk, dengan wajah sedih dan mencangkupkan tangan sang istri meminta maaf kepada seluruh penduduk, dan berjanji dia dan suaminya tak akan melakukan tindakan tercela itu lagi. Setelah kejadian tersebut kelakuan suaminya berubah total, kini mereka pun hidup berbahagia.

Pesan Penulis

Ketika salah satu umat tersakiti dan teraniaya, sesungguhnya semua makhluk akan merasakannya pula, ingat kita semua sebenarnya terhubung, rasakan, dan anda akan memahami hidup itu begitu indah, dengan menerapkan ajaran kasih sayangNya dalam hidup ini, kita akan menyadari sesuatu tentang kemahakuasaanNya yang tak mampu saya ungkapkan, dan ini adalah PR buat kita semua.

Mari berserah diri kepadaNya denga tulus ikhlas, jgn pernah mengharapkan sebuah imbalan dalam tiap pemujaanMu, karena Beliau paling tahu apa yg kita butuhkan, dan kapan kita akan diberikan, janganlah repot2 untuk memikirkan sesuatu yg bukan tugas kita, percayakan semua kepadaNya, tugas kita adalah menjalankan ajaran-ajaranNya, dan menjauhi laranganNya.

"OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM"





3 comments:

  1. Pelajaran penting bagi orang yv tidak yakin dg kepercayaan yg dianutnya
    Keren

    ReplyDelete
  2. Pelajaran penting bagi orang yv tidak yakin dg kepercayaan yg dianutnya
    Keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. bkn kpd mrk saja, tp kpd semua umat manusia, krn selama msh hidup kita akan trs belajar

      Delete

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...