OM Swasti Astu
Kejadian ini terjadi pada tanggal 17 April 2017. Pulang dari kuliah pada siang hari aku kelaparan, lalu kuputuskan pergi ke warung makan vegetarian (maklum ngidam 😊 ). Sampai di warung dekat kampus aku terkejut, karena di sana ku lihat telah duduk seorang temanku, aku memanggilnya dengan nama bli Gede. Kudekati dan kusapa, dia juga terlihat terkejut, mungkin tak menyangka akan bertemu aku disana. Sambil mengobrol ringan, dia tetap melanjutkan makannya, dan aku pun memesan makanan untuk di bungkus.
Kulihat dia makan dengan lahapnya, sampai semua makanan diatas piring itu, cuma tersisa sebutir, tapi dengan cepat dia mencomotnya lalu menelannya. Aku pun berkata "masih lapar bli? mesen aja lagi kalau gitu". Dia hanya menggelengkan kepala dan balik bertanya "pernah membaca kisah Mahabarata ketika tinggal dihutan Gek?. "Ga pernah, ceritain donk" pintaku.
Lalu bli Gede mulai bercerita. "Dahulu ketika Pandawa mengasingkan diri dihutan, beberapa orang Rsi berniat mengunjungi gubuk mereka. Mendengar hal ini Yudistira bukannya senang tapi malah kebingungan. Itu dikarenakan mereka sudah tak punya makanan lagi, dicek tempat penyimpanan berasnya hanya tersisa sebutir beras. Sudah menjadikan kewajiban tuan rumah jika dikunjungi orang-orang suci untuk menyambutnya dan memberikan makanan. Pandawa dan Drupadi mulai gelisah, jangankan makanan untuk para Rsi, sedangkan mereka sendiri pun hampir kelaparan tinggal di hutan. Mereka takut jika tak melayani para Rsi itu dengan baik, maka hanya kutukan lah yang menanti. Lalu Drupadi berdoa kepada Sri Krisna, dia memohon kehadiranNya. Tak berapa lama Sri Krisna pun tiba di gubuk mereka, kedatangannya lebih awal dari para Rsi tersebut. Lalu Drupadi menceritakan semuanya, Beliau hanya tersenyum dan mengambil sebutir beras yang tersisa di tempat penyimpanan. Setelah menelan beras tersebut, Beliau mengusap-usap perutnya sambil berkata "sebutir beras itu membuatKu kekenyangan dan mengantuk" lalu Beliau membaringkan diri pada sebuah tempat tidur. Melihat Sri Krisna telah tertidur para Pandawa berjaga di depan berniat akan menyambut para Rsi tersebut. Tapi apa yang terjadi pada Rsi itu?, tiba-tiba perut mereka kekenyangan dan merasakan kantuk yang luar biasa sehingga mereka terpaksa tertidur bersandarkan pada pohon-pohon di hutan."
Apakah ada yang Gek bisa petik dari cerita tersebut? tanya bli Gede. "Iya, yang dapat aku simak adalah sebutir beras pun mempunyai makna yang sangat penting" jawabku.
Kulihat dia makan dengan lahapnya, sampai semua makanan diatas piring itu, cuma tersisa sebutir, tapi dengan cepat dia mencomotnya lalu menelannya. Aku pun berkata "masih lapar bli? mesen aja lagi kalau gitu". Dia hanya menggelengkan kepala dan balik bertanya "pernah membaca kisah Mahabarata ketika tinggal dihutan Gek?. "Ga pernah, ceritain donk" pintaku.
Lalu bli Gede mulai bercerita. "Dahulu ketika Pandawa mengasingkan diri dihutan, beberapa orang Rsi berniat mengunjungi gubuk mereka. Mendengar hal ini Yudistira bukannya senang tapi malah kebingungan. Itu dikarenakan mereka sudah tak punya makanan lagi, dicek tempat penyimpanan berasnya hanya tersisa sebutir beras. Sudah menjadikan kewajiban tuan rumah jika dikunjungi orang-orang suci untuk menyambutnya dan memberikan makanan. Pandawa dan Drupadi mulai gelisah, jangankan makanan untuk para Rsi, sedangkan mereka sendiri pun hampir kelaparan tinggal di hutan. Mereka takut jika tak melayani para Rsi itu dengan baik, maka hanya kutukan lah yang menanti. Lalu Drupadi berdoa kepada Sri Krisna, dia memohon kehadiranNya. Tak berapa lama Sri Krisna pun tiba di gubuk mereka, kedatangannya lebih awal dari para Rsi tersebut. Lalu Drupadi menceritakan semuanya, Beliau hanya tersenyum dan mengambil sebutir beras yang tersisa di tempat penyimpanan. Setelah menelan beras tersebut, Beliau mengusap-usap perutnya sambil berkata "sebutir beras itu membuatKu kekenyangan dan mengantuk" lalu Beliau membaringkan diri pada sebuah tempat tidur. Melihat Sri Krisna telah tertidur para Pandawa berjaga di depan berniat akan menyambut para Rsi tersebut. Tapi apa yang terjadi pada Rsi itu?, tiba-tiba perut mereka kekenyangan dan merasakan kantuk yang luar biasa sehingga mereka terpaksa tertidur bersandarkan pada pohon-pohon di hutan."
Apakah ada yang Gek bisa petik dari cerita tersebut? tanya bli Gede. "Iya, yang dapat aku simak adalah sebutir beras pun mempunyai makna yang sangat penting" jawabku.
"Ini ada lagi sebuah hitung-hitungan yang pernah aku baca, Jumlah penduduk Indonesia ± 250.000.000 orang. Kalau 1 hari 3x kita makan, dan jika sekali makan setiap orang buang 1 butir nasi saja, itu artinya setiap hari ada 3 butir nasi yang dibuang setiap orang, benar?". Aku mengangguk tanda membenarkan.
Lalu dia melanjutkan berbicara, "maka 3 butir nasi yang terbuang x 250.000.000 jumlah penduduk = 750.000.000 butir nasi terbuang setiap harinya lho. Pernah dulu diteliti, bahwa setiap 1 kg beras terdapat ± 50.000 butir. Jadi 750.000.000 butir : 50.000 butir = 15.000 kg atau 15 ton. Berarti bukankah kita dalam sehari membuang 15 ton beras, padahal saudara-saudara kita masih banyak yang kekurangan lho, apa Gek ga kasihan?" Aku kembali mengangguk-anggukkan kepala tanda setuju, tanpa ada kata-kata protes. Dalam hati aku berkata "ternyata ini maksud isi dari kitab Mahabarata tersebut, aku salut ma bli ini sampai disana dia bisa memahaminya"
Sedang terkagum-kagum aku dengannya, tiba-tiba dia bertanya, "Gek kamu tahu caranya "suit" kan?". Aku kembali mengangguk, dan lalu ia melanjutkan bertanya "tahu bentuk gunting gimana? kalau tahu coba keluarkan?" Merasa diremehkan aku keluarin bentuk gunting dengan jemari tangan kanan ku. Bersamaan dengan ku keluarkan bentuk gunting, bli Gede juga mengeluarkan kepalan tinjunya dan berkata "nah lihat, aku menang ya, kamu gunting, aku batu, karena kamu kalah berarti kamu harus bayar makananku, itu sudah aturan mainnya". Dia pergi sambil sedikit berteriak kepada ibu penjual nasi "Bu cewek ini yang bayarin makan saya ya!!", mengacungkan jempol sambil tertawa dan pergi melesat dengan motornya. Aku yang masih melongo tak sadar, akhirnya berteriak "woi bli....awas ya besok-besok ketemu pasti ku balas" kataku sambil ketawa akan kebodohanku.
Ketika hendak ku bayar pesananku dan makanannya bli Gede, ibu penjual berkata "adik bayar saja makanan yang dibungkus, makanannya Gede itu sudah dibayar olehnya tadi, dia langganan disini dari dulu, kalau makan selalu bayar duluan dan selalu berkata "bu saya cuma punya uang 12rb, tolong beri saya makanan seharga uang ini, makanya dia berani langsung pergi setelah makan", ibu itu memberitahuku. Aku hanya bisa menepuk dahiku, "sial banget hari ini dikerjain habis-habisan ma dia", mendengar hal itu ibu penjual ikut tertawa. Aku pun tersenyum dan berkata dalam hati "aku harus berhati-hati ma dia agar tak dikerjain lagi".
Sedang terkagum-kagum aku dengannya, tiba-tiba dia bertanya, "Gek kamu tahu caranya "suit" kan?". Aku kembali mengangguk, dan lalu ia melanjutkan bertanya "tahu bentuk gunting gimana? kalau tahu coba keluarkan?" Merasa diremehkan aku keluarin bentuk gunting dengan jemari tangan kanan ku. Bersamaan dengan ku keluarkan bentuk gunting, bli Gede juga mengeluarkan kepalan tinjunya dan berkata "nah lihat, aku menang ya, kamu gunting, aku batu, karena kamu kalah berarti kamu harus bayar makananku, itu sudah aturan mainnya". Dia pergi sambil sedikit berteriak kepada ibu penjual nasi "Bu cewek ini yang bayarin makan saya ya!!", mengacungkan jempol sambil tertawa dan pergi melesat dengan motornya. Aku yang masih melongo tak sadar, akhirnya berteriak "woi bli....awas ya besok-besok ketemu pasti ku balas" kataku sambil ketawa akan kebodohanku.
Ketika hendak ku bayar pesananku dan makanannya bli Gede, ibu penjual berkata "adik bayar saja makanan yang dibungkus, makanannya Gede itu sudah dibayar olehnya tadi, dia langganan disini dari dulu, kalau makan selalu bayar duluan dan selalu berkata "bu saya cuma punya uang 12rb, tolong beri saya makanan seharga uang ini, makanya dia berani langsung pergi setelah makan", ibu itu memberitahuku. Aku hanya bisa menepuk dahiku, "sial banget hari ini dikerjain habis-habisan ma dia", mendengar hal itu ibu penjual ikut tertawa. Aku pun tersenyum dan berkata dalam hati "aku harus berhati-hati ma dia agar tak dikerjain lagi".
OM Santi Santi Santi OM
by Anindya Manohara
ceritanya epik lanjutkan
ReplyDeletesukseme bro
Deletesuksma antuk cerita puniki inggih
ReplyDeletesukseme mewali pak
Deletesetuju banget
ReplyDeletetiyang matur suksema
ReplyDeletemewali
Deletemenginspirasi
ReplyDelete