Saturday, 15 April 2017

SAKIT DAHULU, SENANG KEMUDIAN


"OM SWASTI ASTU"

Cerita kali ini saya ambil dari pewayangan versi Nusantara. Ini adalah kelanjutan dari tulisan saya yang berjudul "UJIAN KESETIAAN".



Setelah Bhatari Uma dikutuk oleh Bhatara Guru, lalu Beliau hidup dalam wujud makhluk jahat dan menyeramkan yang bernama Ra Nini, Dia lalu berstana di kuburan Gandamayu. Kutukan tersebut berawal karena ketidaksetiaan dari Bhatari Uma sendiri, maka dari itu Beliau harus menebus dosanya dan hanya bisa kembali ke wujud semula jika berhasil diruwat atau memakan Sahadewa (saudara terbungsu dari Pandawa). Dan saat itu pula ada dua penghuni sorga lainnya yang bernama Citrasena dan Citranggada telah dikutuk juga karena perbuatannya yang kurang hormat terhadap Bhatara Guru. Mereka berdua dikutuk menjadi dua raksasa yang bernama Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua raksasa ini lalu mengabdi kepada Korawa. Suatu saat Pandawa akan berperang melawan kedua raksasa sakti itu.


Melihat hal itu Dewi Kunti pun merasa cemas akan nasib putra-putranya. Maka dari itu, Dewi Kunti lalu memohon kepada Ra Nini untuk mengabulkan keinginannya membunuh raksasa Kalantaka dan Kalanjaya.

Segera saja Ra Nini menyetujui permohonan Dewi Kunti, tapi sebagai syaratnya maka Dewi Kunti harus mau menyerahkan Sahadewa kepada Ra Nini. Tentu saja persyaratan Ra Nini ditolak keras berkali-kali oleh Dewi Kunti.

Akibat penolakan itu maka diutuslah salah satu anak buah Ra Nini yang bernama Kalika, agar merasuk dan mengendalikan Dewi Kunti dari dalam diri tubuh sang dewi. Dan dalam keadaan terpengaruh seperti itu, Kalika berhasil memperdaya Dewi Kunti serta Pandawa, sehingga dia dengan gampangnya mengajak Sahadewa ke kuburan Gandamayu. Sahadewa yang tak menaruh curiga sedikit pun kepada ibunya hanya bisa mengikuti segala perintahnya. Di sana Sahadewa pun diikat di pohon randu/kapuk. Dan dalam sekejap saja bermacam-macam makhluk jahat menakut-nakuti Sahadewa.

Dan puncaknya adalah kehadiran dari Ra Nini, Dia menampakkan wujud yang sangat mengerikan dan meminta kepada Sahadewa untuk meruwat dirinya. Sahadewa tetap bersikukuh menolak, karena memang dia tak merasa memiliki kemampuan seperti itu. Namun di sini Ra Nini tetap mendesak bahkan menjadi murka kepada Sahadewa dan ingin segera membunuh Sahadewa dengan jalan melahapnya. Dalam keadaan seperti itu Sahadewa hanya bisa pasrah dan berdoa.

Bhatara Guru yang melihat hal tersebut dari awal segera memasuki raga Sahadewa untuk menyelamatkannya. Gigi dan kuku tajam dari Ra Nini yang siap merobek tubuh Sahadewa seperti tumpul seketika. Berulang kalipun dicoba tetap tak mampu membuat goresan pada kulitnya. Tiba-tiba tali yang mengikat tubuh Sahadewa terlepas dengan sendiri, dan membebaskan ia untuk bergerak semaunya.

Sahadewa segera melakukan ruwatan, kini dia memiliki kemampuan ini, karena dalam tubuhnya telah dimasuki oleh Bhatara Guru. Setelah upacara ruwatan selesai, akhirnya Ra Nini kembali ke wujud semula menjadi Bhatari Uma. Maka sebagai imbalan atas kembalinya Beliau ke wujud asliNya, maka Bhatari menganugerahkan Sahadewa gelar "Sudamala" yang berarti yang membersihkan segala noda dan kejahatan. Dia juga di anugerahi beberapa senjata sakti dan kesaktian, diantaranya Sahadewa mampu meramal dan mengetahui kejadian akan datang, tapi apapun hasil dari ramalan itu, dia tak boleh satu kali pun itu memberitahukan orang lain, dan jika hal itu dilanggar maka kepalanya akan terbelah. 

Melihat hal ini, maka Kalika pun memohon kepada Sahadewa untuk berkenan meruwat dirinya. Tapi Sahadewa menolak permintaan Kalika, dan menyuruh Kalika tetap tinggal di kuburan Gandamayu sampai masa penebusan dosa-dosanya habis.

Setelah kejadian tersebut dan memperoleh gelar Sudamala, maka Sahadewa diperintahkan untuk menyembuhkan Bagawan Tambapetra yang bermukim di Prangalas, Sang Bagawan mengalami kebutaan akibat dari Ra Nini. Maka karena itu, Sahadewa berkunjung ke Prangalas. Dan disana Sahadewa berhasil menyembuhkan kebutaan Bagawan Tambapetra. Lalu sebagai rasa terima kasihnya, Sahadewa dinikahkan dengan kedua putri Bagawan Tambapetra yang bernama Padapa dan Soka.

Bersamaan dengan kejaian tersebut, diceritakan pula Nakula segera datang menyusul ke kuburan Gandamayu untuk menemukan Sahadewa yang lama tak ada kabarnya. Disana Nakula bertemu engan Kalika, setelah diberi tahu oleh Kalika bahwa Sahadewa pergi ke Prangalas, Nakula pun menyusul ke sana. Setiba di Prangalas, Sahadewa memberikan Soka kepada Nakula sebagai istrinya.

Selanjutnya, diceritakan bahwa Sahadewa kemudan berperang dengan raksasa Kalantaka dan Kalanjaya. Kedua raksasa itu berhasil dikalahkan Sahadewa karena anugerah dari Bhatari Uma. Setelah kematiannya Kalantaka dan Kalanjaya berubah wujud menjadi gandarwa Citrasena dan Citanggada. Demikian pula semua makhluk surgawi yang sebelumnya menjelma menjadi makhluk jahat telah kembali ke wujud semula.

Pesan Penulis

Lihatlah Sahadewa, walau hidupnya bagaikan "telur di ujung tanduk" tapi dia tetap berkata jujur, tanpa mempedulikan nasibnya. Dan dari hal itu aku memetik sebuah pelajaran bahwa kejujuran akan membuat seseorang itu jauh lebih mulia, dari pada segenap aksesoris duniawi yang dimiliki dan dikenakannya. Dengan kejujuran pula kebebasan akan menjadi miliknya, tapi dengan kebohongan maka dia hanya akan terbelenggu oleh penjara kebohongan. 
(Gede Laksana 04/15/2017)

Pada umumnya, awal dari segala sesuatu sangatlah sulit kita terima dan jalani, tapi disaat kita tetap bersabar dan tak lupa selalu bersyukur, maka kelak kita akan melihat secercah sinar kebahagian telah menanti di depan mata. Tak seorang manusia pun yang akan mengetahui manisnya sebuah kehidupan itu, tanpa melalui kepahitan hidup terlebih dahulu. Inilah sebuah proses pendewasaan diri, pahami dan rasakan ini dikala engkau duduk sendirian dan merenungi semua ini, maka engkau akan berucap dalam hati "terima kasih Tuhan, atas kesempatan yang kau berikan padaku untuk belajar dan belajar lagi". 
(Gede Laksana 04/15/2017)



Isi cerita disadur dari berbagai sumber
Pesan Penulis dibuat oleh Gede Laksana



"OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM"



3 comments:

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...