Wednesday 12 April 2017

TEKAD SEORANG PERTAPA

"OM SWASTI ASTU"

Dahulu kala, banyak orang melakukan tapa (pertapaan) yang tujuan akhirnya adalah menyenangkan Dewa Wisnu. Suatu waktu, ada seorang pertapa (orang sedang melakukan pertapaan) yang memutuskan bahwa dia ingin menyenangkan Dewa Wisnu, sehingga dia pun memulai tapanya dibawah pohon asam. Dia berpikir, jika dia mampu menyenangkan Dewa Wisnu maka dia akan diberkati dengan anugerahNya. Jadi setiap hari pertapa ini melakukan pradakshina (mengelilingi pohon asam) dan makan daunnya untuk makanan sehari-hari.

Suatu hari, Rsi Narada meninggalkan kediaman Dewa Wisnu. Dalam perjalanannya itu, Rsi Narada melihat seorang yang sedang melakukan tapa, lalu beliau berkenan datang untuk menemuinya. Melihat Rsi Narada, pertapa itu segera melakukan sujud kepadanya. Rsi Narada lantas bertanya apa yang dia lakukan, lalu pertapa itu menceritakan keputusannya untuk menyenangkan kasih Dewa Wisnu. LaIu dia mengatakan, “Rsi Narada, saya sudah melakukan pertapaan selama bertahun-tahun, hanya makan daun pohon asam ini, sehingga Dewa Wisnu akan memberi saya anugerahNya. Ketika anda pergi untuk bertemu Dewa Wisnu, kumohon, mohonkan kepadaNya atas nama saya untuk memberikan saya AnugerahNya. Mendengar ceritanya, Rsi Narada memutuskan bahwa ia pasti akan menyampaikan pesan ini.

Setelah kedatangan Rsi Narada ke kediaman Dewa Wisnu, Beliau bertanya kepada Rsi Narada, “Silahkan beritahu Aku ada berita-berita apa saja dari bumi?

Mengingat seorang pertapa yang pernah ditemuinya Rsi Narada pun menjawab pertanyaan Dewa Wisnu "seorang pertama sedang melakukan pertapaan di bawah pohon asam yang ditujukan untuk menghormati Anda agar memperoleh anugerahMu. Kapan Anda akan mengabulkan permohonanNya?"

Dewa Wisnu menjawab, “Katakan padanya bahwa untuk anugerahKu, dia masih harus melakukan pertapaannya sebanyak jumlah daun yang ada pada pohon asam tersebut.

Mendengar jawaban ini lutut Rsi Narada menjadi lemah. Kakinya terasa tak bisa dilangkahkan dan hatin terasa tenggelam. Bagaimana cara dia akan memberi kabar ini kepada tapasvi yang bersemangat itu? Dia merasa telah kalah. Ia berpikir, “Apa yang harus kukatakan padanya? Dia akan kehilangan antusiasme-nya untuk penebusan dosa. Rsi Narada melayang turun menembus angkasa dan pertapa itu melihatnya. Mendengar namanya dipanggil, Rsi Narada pun pergi ke pertapa tersebut. Mendengar bahwa Rsi Narada telah bertemu Dewa Wisnu, pertapa ini yang sangat gembira.

Lalu dia bertanya, “Apa pesan Dewa Wisnu untuk saya?”

Rsi Narada menjawab dengan sedih, “Saya tidak bisa memberitahu anda, karena jika aku melakukannya, maka anda akan kehilangan keteguhan hati dan menyerah dari tapa anda.”

Pertapa menjawab, "Tidak peduli apa yang dikatakan Dewa Wisnu, saya tidak akan kehilangan keteguhan hati. Saya akan memiliki kesempatan untuk mendengar sabda ilahi-Nya. Jadi kumohon katakan pada saya dengan persis apa yang Beliau katakan".

Rsi Narada masih ragu. Ia berpikir, "Haruskah aku katakan padanya? Bagaimana jika ia kehilangan kepercayaannya? Aku tidak ingin melakukan itu padanya".

Pertapa itu mendesaknya lagi, “tolong beritahu saya.”

Lantas Rsi Narada berkata, “Beliau telah bersabda bahwa anda harus melakukan bertahun-tahun lagi pertapaannya. Bahkan, anda harus melakukan pertapaan bertahun-tahun sebanyak jumlah daun di pohon asam, sebelum Beliau berkenan memberikan anda anugerahNya.”

Teman-teman, jika seorang pertapa telah kehilangan keteguhannya, akankah dia memiliki anugerah Dewa? Tidak, karena dia tidak kehilangan tekad inilah maka Dewa Wisnu memberi anugerah kepadanya. Kita juga harus selalu percaya pada setiap sabda Beliau. Seseorang yang penuh tekad maka akan mampu mencapai tujuan awal. Pesan Dengan tekad yang kuat maka kita akan mampu melewati semua rintangan dalam hidup, karena tekad itu akan mengalahkan berbagai alasan diri dan menciptakan solusi-solusi yang tepat
Jangan pernah berhenti berharap, karena kita tak pernah tahu apa esok yang akan terjadi, apakah itu sebuah pelajaran ataukah anugerah, ingatlah satu hal Tuhan tak akan memberikan cobaan dan anugerah yang berlebihan dari yang mampu kita genggam. Cerita disadur dari "https://kids.baps.org/storytime/atapasvisdetermination.htm"
Isi pesan oleh "Gede Laksana"
Diterjemahkan oleh  "Anindya Manohara"

"OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM"

By 
 Anindya Manohara







3 comments:

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...