Monday, 10 April 2017

PELAJARAN DARI SEBUAH CERMIN

"OM SWASTI ASTU"


Panggil saja namaku Indi, aku adalah seorang designer. Siang ini aku telah selesai menggarap design ku, "wah bagus jg nih, coba dulu ah" pikirku. Lalu kupakai pakaian itu dan kuambil sebuah payung hitam.

Aku berdiri di depan sebuar cermin yg berukuran besar. Sambil bergaya bak pragawati, payung pun kujepit di ketiak, sambil melengak-lengok aku berputar-putar, namun nasib naas menimpaku. Saat aku berputar membelakangi cermin tiba-tiba keseimbanganku goyah dan aku pun terjatuh ke belakang, 'prang....ng..." tak pelak lagi ujung payung menghantam cermin dan menghancurkannya menjadi pecahan2 kecil.  Aku terkejut dan ketakutan, lalu berdiri mematung untuk beberapa saat. Setelah tersentak dari rasa terkejutku, aku pun menyadari, bahwa cermin ini telah mengajarkan sesuatu yang penting tentang hidup padaku.

"Cermin" memantulkan fisik kita dengan sempurna, maka dari itu untuk sejenak anggaplah cermin adalah diri kita sendiri, prilaku saya "bergaya bak pragawati" menyiratkan kesombongan dan keegoisan untuk memamerkan diri kpd org lain, bahwa kita yg paling "wah" di antara yang lain. Sifat ini akan segera menghancurkn diri sendiri jika kita tak segera menyadarinya. Disaat kita berada ditangga kesuksesan, kadang ego dan kesombongan membalut serta mengendalikan diri kita tanpa bisa kita kontrol dengan baik, padahal ini adalah bumerang yg sewaktu-waktu akan balik menyerang diri sendiri. Lambat laun petaka pun akan datang menghancurkn nama baik maupun kepribadian kita. Sedangkan kehancuran nama baik dan sosok kita, dpt dilihat melalui "pecahan kecil cermin" tersebut.

Kini aku sadari, bagaimana jika kita sudah di cap buruk oleh lingkungan sekitar, mungkinkah kita menyatukan pecahan-pecahan kaca itu dengan lem untuk mengembalikan keadaan kaca seperti sedia kala? Atau dengan kata lain, akan kah kita mampu mengembalikan karakter dan nama yang sudah tercoreng seperti semula?

Disinilah kita sebenarnya memerlukan orang terdekat yg peduli pada kita, dan mampu berteriak "Indi, kamu sudah berada di puncak tangga, maka berhentilah menengok ke atas, sesekali pandanglah ke bawah agar kamu tidak jatuh". 
Saat tulisan ini selesai ku ketik, aku ucapkan terima kasih kepada orang-orang yang senantiasa menuntunku dan mengingatkanku di kala aku buta dan tuli. 

"OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM



2 comments:

  1. Mantaf
    Tapi klo bercermin sbg terima kasih atas anugrah tubuh yg diberikan Tuhan gmn ??

    ReplyDelete

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...