" OM SWASTIASTU "
Diceritakan bahwa suatu ketika Dewa Indra dan Dewi Saci sedang menikmati keindahan alam dengan berkeliling di angkasa menaiki Airawata, sampai akhirnya Beliau melintasi pegunungan Kailasa tempat bersemayamnya Dewa Siwa yang kebetulan waktu itu sedang bersemadi.
Dewi Parwati (Shakti dari Dewa Siwa) pada waktu itu sedang melepas anak panah dan secara tak sengaja mengenai Airawata sehingga jatuh Beliau pun jatuh terjerembab. Dewa Indra lalu menjadi murka sehingga dikeluarkanlah senjata pemungkas yang bernama Bajra, sebuah panah sakti berupa tulang kerangka dan melemparnya ke arah Dewa Siwa yang tak terlihat karena sedang bersemadi sampai tubuhnya tertutupi oleh salju. Terusik akan senjata Dewa Indra tersebut, Dewa Siwa sangat marah dan mengembalikan senjata tersebut kepada pengirimnya, sehingga membuat badan Dewa Indra hitam terbakar. Melihat kejadian ini, kemudian Dewi Parwati dan para Dewa memohon ampun kepada Dewa Siwa atas terjadinya kesalahpahaman ini, namun Dewa Siwa kemarahannya tidak bisa dipadamkan sehingga dari Tri Netra-Nya keluarlah sinar putih menyilaukan, dan terjadilah suatu bencana yang menyebabkan lautan api di darat dan samudera. Tiba-tiba dari kedalaman samudra munculah seorang anak kecil yang lahir akibat kemarahan Dewa Siwa sendiri, yang mana anak ini kemudian di pungut oleh Dewa Baruna (Dewa Penguasa Laut), dan kemudian diserahkan kepada Dewa Brahma (kelak anak ini bernama Jalandara).
Di hadapan Resi Narada, lalu Dewa Ganesha (Bhatara Gana) kemudian memberikan ramalan-ramalan tentang Jalandara di masa mendatang, isi dari ramalan itu menyatakan bahwa anak ini akan menjadi seorang ksatria gagah perkasa tetapi memiliki sifat angkara murka karena hasutan dari Kala Rahu (raksasa yang hanya kepala saja tanpa badan). Namun semuanya ini sebenarnya adalah takdir dari Sri Visnu (Narayana), karena itulah kemudian Sri Visnu mengutus Rsi Narada datang kepada sebuah kerajaan yang memiliki seorang putri bernama Dewi Vrinda.
Dikisahkan Vrinda Dewi dibawah bimbingan langsung Dewa Rsi Narada Muni, dibina menjadi abdi Tuhan dalam manifestasinya sebagai Sri Visnu. Vrinda Dewi diberikan hadiah sebuah arca Sri Visnu yang kemudian dilayaninya dengan sangat serius. Nama Sri Visnu betul-betul sudah terpatri di dalam hatinya.
Pada suatu ketika di sebuah taman Dewi Vrnda sedang diganggu oleh sepasang raksasa dan bertepatan waktu dengan kedatangan Jalandara di tempat itu, Dewi Vrinda pun diselamatkan. Jalandara yang kemudian menjadi terpikat akan kecantikan sang putri akhirnya menikahinya.
Karena pengaruh provokator dari raksasa yang bernama Kala Rahu, Jalandara menjadi jahat dan suka mengganggu para dewata di kahyangan. Pertama yang menjadi sasarannya adalah Dewa Indra, pertempuran pun terjadi dan Dewa Indra berhasil dikalahkan, sehingga istrinya yang bernama Dewi Saci disandera dan akan dijadikan selirnya. Dewi Vrinda sudah berulang kali mengingatkan suaminya agar tidak mengganggu para dewa, namun malah dia sendiri kerap disiksa, tapi karena saking setia terhadap suaminya dan demi tidak melihat kelaliman suaminya dia membutakan matanya sendiri. Suaminya tidak perduli akan hal itu, dan malah memenjarakan dan meninggalkannya pergi bersama wanita lain sambil mabuk-mabukan.
Namun karena bhaktinya kepada Sri Visnu arcaNya pun kemudian menyelamatkannya. Sasaran berikutnya adalah Sri Visnu, pertempuran terjadi. Sebenarnya rahasia dibalik kesaktian Jalandara adalah pada istrinya yang selalu tekun memuja Sri Visnu, bukan karena kesaktian yang dimiliki oleh Jalandara sendiri. Namun Jalandara yang tidak mengetahui hal ini, justru malah menghancurkan arca pujaan istrinya, namun arca Sri Visnu utuh kembali agar tetap bisa dipuja oleh Dewi Vrnda. Dewi Vrinda yang mengetahui bahwa suaminya sedang pergi berperang dengan Sri Visnu yaitu pujaanNya, tetap berdoa pada Sri Visnu agar suaminya tetap jaya menang dalam peperangan.
Ini adalah filsafat yang sangat dalam, bahwa Sri Visnu bertempur melawan kekuatan bhakti terhadap diri Beliau sendiri. Akhirnya demi doa penyembahNya yang setia maka Beliaupun mengalah. Karena Jalandara dapat merasa mengalahkan Sri Visnu dia menjadi semakin sombong, dia berpikir bahwa dirinya sangat sakti sehingga para dewa bisa ditaklukkannya, dia masih tak menyadari padahal semuanya ini terjadi karena kekuatan istrinya yang selalu setia mengabdi kepada Sri Visnu.
Sasaran berikutnya adalah Dewa Siva, dikarenakan permaisuri/Shakti beliau yaitu Dewi Parvati sangat dicintai oleh Jalandara. Pertempuranpun terjadi, dan Dewa Siva masih terus bertempur seimbang dengan Jalandara, ini dikarenakan kekuatan istri Jalandara yang selalu tekun memuja Sri Visnu sehingga suaminya selalu dalam perlindungan Tuhan.
Di kahyangan para dewa sedang melaksanakan rapat untuk mencari jalan keluar, bagaimana caranya agar bisa mengalahkan Jalandara yang sangat hebat, dan selalu membikin onar, serta huru-hara di kahyangan.
Diceritakan Sri Visnu pun segera turun tangan, sebab kekuatan Jalandara bersumber pada karunia Sri Visnu terhadap Dewi Vrnda, sehingga Jalandara tidak bisa dikalahkan. Akhirnya Sri Visnu turun ke dunia menjelma menjadi seorang Guru Suci dan Garuda kendaraan Sri Visnu menjelma menjadi sisya/murid yang melayani Guru Suci. Dikabarkan bahwa Guru Suci ini bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal.
Vrnda Dewi yang mendengar berita bahwa suaminya telah tewas dalam pertempuran, untuk itu dia bermaksud minta tolong kepada sang Guru agar bisa menghidupkan suaminya. Akhirnya Sang Guru menciptakan Jalandara palsu yang tidak lain penjelmaan diriNya sendiri. Jadi Jalandara yang berada dihadapan Dewi Vrnda adalah Sri Visnu sendiri (suami palsu Dewi Vrnda). Tujuan Sri Visnu berbuat demikian untuk menghancurkan kesetiaan Dewi Vrinda terhadap suaminya yang asli, yang sebenarnya masih hidup dan sedang bertempur melawan Dewa Siwa. Ini semua adalah rekayasa Sri Visnu untuk bisa mengalahkan Jalandara (dan perlu diketahui tidak ada di CD ataupun dijelaskan pada kitab Padma Purana, Sri Visnu bermaksud melunasi janjinya kepada Vrnda Devi, sebab dalam kehidupan sebelumnya Vrnda Dewi pernah melakukan pertapaan yang sangat keras agar dapat menjadikan Sri Visnu sebagai suaminya, dan pada waktu itu Dewa Brahma sebagai utusan Sri Visnu menyampaikan bahwa Sri Visnu berjanji akan mengabulkan permintaanya dalam kehidupannya yang akan datang. Dan sekaranglah saatnya tiba, namun ini semua tanpa sepengetahuan Vrnda Dewi, sebab seseorang yang telah menggantikan badan sebagai mahluk individual seperti Vrnda Dewi akan lupa dengan masa kehidupan sebelumnya).
Vrnda Dewi yang mendengar berita bahwa suaminya telah tewas dalam pertempuran, untuk itu dia bermaksud minta tolong kepada sang Guru agar bisa menghidupkan suaminya. Akhirnya Sang Guru menciptakan Jalandara palsu yang tidak lain penjelmaan diriNya sendiri. Jadi Jalandara yang berada dihadapan Dewi Vrnda adalah Sri Visnu sendiri (suami palsu Dewi Vrnda). Tujuan Sri Visnu berbuat demikian untuk menghancurkan kesetiaan Dewi Vrinda terhadap suaminya yang asli, yang sebenarnya masih hidup dan sedang bertempur melawan Dewa Siwa. Ini semua adalah rekayasa Sri Visnu untuk bisa mengalahkan Jalandara (dan perlu diketahui tidak ada di CD ataupun dijelaskan pada kitab Padma Purana, Sri Visnu bermaksud melunasi janjinya kepada Vrnda Devi, sebab dalam kehidupan sebelumnya Vrnda Dewi pernah melakukan pertapaan yang sangat keras agar dapat menjadikan Sri Visnu sebagai suaminya, dan pada waktu itu Dewa Brahma sebagai utusan Sri Visnu menyampaikan bahwa Sri Visnu berjanji akan mengabulkan permintaanya dalam kehidupannya yang akan datang. Dan sekaranglah saatnya tiba, namun ini semua tanpa sepengetahuan Vrnda Dewi, sebab seseorang yang telah menggantikan badan sebagai mahluk individual seperti Vrnda Dewi akan lupa dengan masa kehidupan sebelumnya).
Dewi Vrnda karena sibuk melayani suami palsunya hingga tidak mendoakan lagi suaminya yang sedang bertempur dengan Dewa Siwa, maka Jalandara mengalami kekalahan dan kepalanya dipenggal oleh Dewa Siwa dengan senjata TrisulaNya. Jalandara kalah karena Dewi Vrnda sudah tidak setia lagi terhadap suaminya. Kepala Jalandara terus melayang mencari keberadaan Dewi Vrnda dan akhirnya jatuh di depan Dewi Vrnda. Setelah ditemukan kepala itu kemudian terkuaklah semua bahwa Jalandara yang berada disampingnya adalah palsu dan yang asli telah mati.
Dewi Vrnda tidak menerima kenyataan bahwa suaminya telah terbunuh, akhirnya dia pun mengutuk Sri Visnu menjadi patung. Karena dikutuk oleh penyembahNya, Sri Visnu pun menerima kutukan itu. (Demikian dijelaskan dalam kitab Veda bahwa Tuhan akan selalu mengabulkan permintaan penyembahNya yang agung, dengan kata lain Tuhan bisa ditaklukkan/dikendalikan oleh sikap bhakti penyembah-Nya yang tulus). Permaisuri Sri Visnu yaitu Dewi Laksmi seketika itu pula kehilangan mahkota dan semua perhiasannya, dan setelah mengetahui apa sebenarnya yang sedang terjadi kemudian minta ampun kepada Dewi Vrnda. Lalu Dewa Siwa, Dewa Brahma yang diiringi oleh para dewa lainnya semua hadir disana karena terharu melihat Sri Visnu menjadi sebuah patung (arca Visnu berwarna hitam pekat) karena telah menerima kutukan penyembahnya. Inilah permainan rohani/lila Tuhan yang sulit dipahami (acintya).
Namun kemudian Vrnda dewi menyadari kesalahan suaminya sehingga kemudian kutukannya dicabut dan Sri Visnu kembali seperti biasa. Karena kesetiaan Dewi Vrnda terhadap suaminya, maka sang dewi langsung membakar dirinya dengan memanggil Dewa Agni (dewa api). Para dewa menjadi terharu melihat kesetiaan Dewi Vrnda walaupun suaminya sangat jahat dan sering menyiksanya. Dewi Vrnda akhirnya menjadi abu. Sri Visnu, Dewa Siwa dan para dewa lainnya bersedih, semua memeluk abu Dewi Vrnda dan mengusapkan ke badanNya karena Dewi Vrnda adalah lambang bhakti sehingga disebut Dewi Bhakti.
Sri Visnu kemudian memberikan anugerah, dan menjadikan Dewi Vrnda sebagai pohon Tulasi sebagai penjelmaan Dewi Bhakti, demikian pula Sri Visnu kemudian menjelmakan diri Beliau sebagai sebuah batu hitam yang disebut Saligram Sila. Perkimpoan ini disebut Tulasi Saligram Sila Wiwaha (perayaannya diadakan setiap tahun sampai sekarang). Dikatakan didalam kitab suci Veda (sumber Padma Purana) barang siapa yang menanam/menyiram atau memuja pohon Tulasi dengan khusuk dan mempersembahkan daun Tulasi kepada Dewa Wisnu akan dibebaskan dari segala reaksi dosa dan dimungkinkan mencapai kemajuan bhakti yang murni kepada Tuhan. (Daun Tulasi hanya dipersembahkan kepada Sri Visnu /Narayana atau segala perwujudanNya, tidak boleh dipersembahkan kepada dewa lainnya, terutama tidak kepada Dewa Ganesha).
Pesan Penulis
Filsafat yang dapat kita ambil ari cerita di atas, bahwa di mana ada kesetiaan seorang istri terhadap suaminya, dan ketekunan bersembahyang, maka disana akan ada kejayaan. Sebaliknya dimana ada ketidaksetiaan seorang istri terhadap suaminya, maka di sana hanya akan ada kehancuran, ini adalah hal nyata.
Jangan pernah menjadi sombong akan kemampuan-kemampuan yang kita miliki, karena itu semua cuma titipan, dan bisa saja itu adalah anugerah dariNya atas permohonan dan doa seseorang untuk kita, maka dari itu sering-seringlah bercermin
Di sadur dari Padma Purana
oleh Gede Laksana
" OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM "
saya jg tanam di rumah
ReplyDelete