Friday 28 April 2017

CINTA YANG TERUSIK

"OM SWASTIASTU"

Pagi ini setelah selesai bersih2 dan maturan, kubawa perlengkapan menggambarku lalu memacu motor ku ke pantai. Yah....pantai memang tempat favoritku menenangkan pikiran, karena disini begitu tenang dan selalu memberikan inisiatif dan motivasi kepadaku. Hampir sejam aku disana tiba-tiba dua orang perempuan mendekatiku, yang ternyata salah satunya adalah temanku si Calya dan satunya lagi aku tak kenal. Calya memberi salam dan memulai percakapan...

Calya : wah ni anak dicariin ternyata disini, sibuk ya Ndi? aku mau minta tolong nih (sambil keduanya duduk di dekatku)

Indi : ga juga tuh, emang kenapa Lya? kayaknya gawat banget hehe (sambil tertawa garing)

Calya : nih temanku Ayu, dia mempunyai permasalahan dalam keluarganya dan ingin meminta saranmu, tlg bantu deh, biasanya kan kamu banyak punya ide tuh (sambil dia menunjukkan jempol tangan kanannya).

Indi : waduh aku ga berani janji yach, tapi tetap akan ku usahakan sebisa mungkin, maaf klo boleh saya tahu mbok Ayu mempunyai permasalahan apa?

Ayu : (memulai ceritanya sambil menangis) begini ceritanya, saya mempunyai rumah tangga yang sudah berlangsung hampir 6 tahun, dan kita dikarunia 2 orang anak laki-laki, tapi sekarang rumah tangga saya hancur karena suami saya ternyata memiliki hubungan dengan perempuan lain, yang sekarang sedang hamil muda, jadi dia sekarang menikahi wanita tersebut, mengetahui hal itu ga tahu saya harus berbuat apa, pingin rasanya kembali ke rumah orang tua saya.

Indi : (dengan nada selembut mungkin aku mulai berkata) saya ikut terharu dengan apa yang mbok rasakan sekarang, kehilangan seseorang yang kita cintai memang sangat menyakitkan, tapi mbok harus yakin bahwa itu semua bukanlah "akhir" dari segalanya, mbok akan tetap memperoleh kebahagiannya sendiri walau tanpa suami di dekat mbok, apalagi sekarang mbok sudah memilki dua orang anak, curahkanlah sepenuhnya kebahagian kepada anak-anak, maka sebagai timbal balik mereka pun akan memberikan kebahagian yang bgt besar pula kepada mbok, kalau masih bisa untuk bertahan, janganlah pernah berpikiran untuk kembali ke rumah orang tuanya. Lihat lah si kecil, apa mbok sudah ga ingin melihat canda tawa dan senyum si kecil?. Saya rasa tidak kan?, maka demi si kecil mbok harus mampu untuk bertahan. Karena seorang anak akan lebih bahagia jika selalu ada di dekat ibu kandungnya, bukan dengan ibu tirinya 

Ayu : kenapa cobaan yang berat ini menimpa saya, kenapa orang lain bisa hidup dengan bahagia sedangkan saya tidak, Indi? apa Tuhan tidak adil?

Indi : Tuhan sangat adil, umatnya memperoleh cobaan dan kebahagiaan sesuai dengan karmaphalanya masing-masing, memang kerap kali kita menganggap hidup orangg lain selalu lebih enak/baik dari hidup kita, padahal mungkin saja hidup mereka lebih menderita dari kita, hanya saja mereka tidak mengeluh, mereka selalu mencoba untuk tabah menghadapinya.

Ayu : bagaimana caranya saya agar selalu tegar Indi?

Indi : ambil lah pelajaran dari sekitar kita untuk hidup ini, contoh kita belajar dari bulu ketiak, walaupun hidupnya selalu dihimpit, tapi bulu ketiak selalu tegak bertahan dan selalu tumbuh. Dan ingat untuk selalu bersyukur kpd Beliau. Gelar tikarnya, bakarlah dupa, duduk bersimpuh, lantunkan melodi puja Tri sandya, cakupan tangan dan kemit bunga diujung jemari, bisikan rasa sedihnya, dan rasakan keberadaanNya, bahwa kita tidak pernah menjalani hidup ini sendiri. Suatu saat nanti mbok akan merasakan bahwa semua ini semu, dan suatu saat juga akan menyadari cantiknya jalinan skenarioNya.

Setelah cukup lama berbincang, mereka akhirnya mengucapkan terima kasih dan pamit pergi, sebelum pergi mbok Ayu berkata "Indi boleh ga suatu hari saya ke sini lagi untuk berbincang lagi dng Indi". Aku hanya tersenyum dan mengangkat tangan sambil menunjukkan jempol tanganku.

"OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM"

oleh  Gede Laksana




No comments:

Post a Comment

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...