Friday 9 June 2017

GAYATRI MANTRA I

Pada kesempatan hari ini kita akan membahas tentang Gayatri Mantra yg merupakan Ibu dari semua mantra yang ada. Dalam Bhagavat-Gita  Sri Krishna bersabda kepada Arjuna, bahwa diantara semua mantra, maka Gayatri Mantra merupakan yang tertinggi. Ada dua versi dari Gayatri Mantra, yang pertama adalah seperti berikut ini : 

OM BHUR BHUVA SVAHA
(Oh Hyang Widhi, Engkau penguasa ketiga alam)
TAT SAVITUR VARENYAM
(Engkau adalah asal dari segala ciptaan yang patut disembah)
BHARGO DEVASYA DHIIMAHI
(pada kecemerlangan sinarMu hamba bersemadhi)
DHI YO YONAH PRACHODAYAT
(bangkitkanlah kemampuan wiweka-ku dan bimbinglah aku)

OM = aksara suci dari Hyang Widhi/Para Brahman 'Tuhan Yang Maha besar'

BHUR = Bhur Loka 'alam fisik'. Ini menunjuk pada tubuh yang terbuat dari lima elemen Pancha Maha Bhuta 'lima unsur'. Kelima unsur inilah membentuk prakriti (alam). Panca Maha Bhuta terdiri dari 
  1. Pertiwi (tanah) pada tubuh manusia ditunjukan pada kulit dan daging.
  2. Apah (air) pada tubuh manusia ditunjukan pada zat cair seperti darah, keringat, air liur dan sbagainya (segala yang berwujud cair).
  3. Bayu (udara) pada tubuh manusia ditunjukan pada napas manusia.
  4. Teja (api) pada tubuh manusia ditunjukan pada panas badan.
  5. Akasa/Ether (ruang angkasa) pada tubuh manusia ditunjukan pada pada rongga perut atau dibawah hati manusia
BHUVA = Bhuva Loka (alam pertengahan). Bhuva juga merupakan Prana Shakti (kesadaran energi semesta). Meskipun begitu, Prana Shakti hanya dapat menghidupkan tubuh karena adanva Prajnana (kebijaksanaan sempurna). Karena itulah, dalam Weda disebutkan tentang “Prajnanam Brahma" yang berarti Tuhan adalah kesadaran yang selalu utuh dan menyeluruh selamanya.

SVAHA = Swarga Loka (surga tempat para dewa) (Sanathana Sarathi, September 1995, h1m. 234).

TAT = Paramatma (Hyang Widhi/Brahman).

SAVITUR = Ia yang merupakan asal segala ciptaan ini.

VARENYAM = patut disembah.

BHARGO = sinar,
cahaya atau kecemerlangan spiritual, terang yang menganugerahkan 

DEVASYA = kenyataan Tuhan.

DHIIMAHI = kita bermeditasi/semadhi.

DHIYO = budi, intelek.

YO = yang.

NAH = kita.

PRACHODAYAT = menerangi.

DHIYO YO NAH PRACHODAYAT = Bangkitkan kemampuan wiwekaku (kebijaksanaan) oh Tuhan, dan bimbinglah aku (Giitha Vahini)

Banyak yang bertanya mengapa Gayatri Mantra begitu agung? Diceritakan bahwa Dewi Gayatri sendiri adalah manifestasi dari lima bentuk bunda alam semesta yang bersifat maha prakriti (Maya/ilusi Ilahi).  Kelima dewi ini tak lain dari Dewi Saraswati (Shakti Dewa Brahma), Dewi Laksmi (Shakti Dewa Wisnu), Dewi Durga, Dewi Uma dan Dewi Kali (Shakti Dewa Siwa), yang membaur menjadi satu bentuk dominan di seluruh alam semesta ini, baik itu pada alam buana alit maupun buana agung. Gayatri lahir dari Sang Pencipta Brahma. Pada awal penciptaan dunia yang tersirat di Veda sebagai mantra yang bersifat universal, yaitu suatu bentuk Pengagungan dari Yang Maha Kuasa dalam bentuk seorang Bunda alam semesta itu sendiri dengan kelima bentuk kewajibanNya.  Itulah sebabnya walaupun memiliki hanya satu raga, Beliau berkepala lima dari Dewi-dewi yang telah saya jelaskan di atas.

Dewi Saraswati adalah lambang dari ilmu pengetahuan, sastra, agama, literatur, keindahan dan seni budaya. Tanpa Beliau, manusia hidup seperti ibaratnya fauna yang tidak berbudi pekerti. Dewi Saraswati adalah Shaktinya Dewa Brahma Sang Pencipta. 

Dewi Laksmi adalah lambang dari kejayaan, kekuatan, kemakmuran dan sebagainya. Beliau adalah Shaktinya Dewa Wisnu Sang Pemelihara alam semesta ini.

Sedangkan Dewi Durga yang "berkuasa" di atas segala bentuk kebatilan, asura dan bentuk-bentuk yang bersifat iblis, barang siapa memuja Beliau dipastikan akan dijauhkan dari segala mara bahaya yang ditimbulkan oleh berbagai asura ini. Di Indonesia ada konsep yang salah mengenai Dewi Durga, Beliau dianggap sebagai ratunya para setan dan dedemit, padahal Beliau ini "menguasai" mereka, dan tanpa Beliau semua unsur iblis ini akan merajalela tidak terkendali.  Di India dan di seluruh dunia Beliau adalah Dewi yang paling dipuja demi mendapatkan imbalan-imbalan duniawi, disamping Dewi Laksmi dan Dewa Ganesha (putra Dewa Siwa dan Dewi Parwati).

Dewi Uma (Prathivi/Pertiwi) adalah Shakti dari Shiva Mahadewa. Beliau adalah Ibu Pertiwi yang merupakan Tuhan insan Hindu yang pertama-tama harus dipuja.

Sedangkan Dewi Kali, lahir dari Dewa Siwa sendiri. Beliau adalah sebuah simbolisasi dari Sang Waktu (Kala dan Kali) yang maha dominan dan abadi. Dewa-dewi boleh berakhir tugasNya, tetapi tidak Sang Kala ataupun Sang Kali.

Secara spiritual Gayatri dianggap hadir selama 9 bulan 10 hari di dalam rahim seorang ibu yang mengandung. Dan selama itu pula, diyakini bahwa sang jabang bayi belajar akan hakikat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala fenomenaNya baik di alam bumi ini maupun di buana agung, yang mana Beliau senantiasa maha hadir dimana pun.  Sewaktu seorang jabang bayi lahir, ia menangis pertama kali, dan dalam tangisnya bayi selalu merneriakkan "uah".  Menurut para ahli spiritual Hindu, kata pertama yang keluar dari mulut sang bayi, bangsa apapun dia berasal dan lahir di mana pun, maka dia akan meneriakan tangisasn yang berbunyi "Aum" (gabungan dari 3 aksara suci Ang, Ung, Mang) itu semua dikarenakan sang jabang bayi yang tiba-tiba kehilangan/lupa Gayatri-nya. Maka dari itu beberapa hari kemudian, sang ayahlah yang mempunyai peran penting untuk mengucapkan Gayatri Mantra di telinga sang jabang bayi ataupun disaat upacara dilangsungkan (ini wajib dilakukan), agar ia sadar kembali akan hakikat kehidupannya di dunia ini.

Sayang sekali hampir semua para ayah tidak sadar/lupa/tidak tahu tentang hal itu dan makna penting dari mantra ini, dan kebanyakan para pemimpin upacara pada saat itu juga lupa mengingatkan melakukan hal tersebut. Lambat-laun maka hilanglah hakikat sesungguhnya dari mantra yang teramat sakral ini.  Sesungguhnya Gayatri Mantra yang utama ini diperuntukkan demi majunya jalan spiritual seseorang, dan bukan untuk mengharapkan mendapat pahala-pahala seperti keselamatan, rezeki dan kekayaan.  Dengan mengulang-ulang mantra ini seseorang akan dibersihkan dari berbagai kekotoran duniawi, namun itu baru bisa terjadi seandainya pemahaman seseorang akan mantra ini sempurna.

Kebanyakan kita hanya mengulang-ulang pengucapan mantra itu ibarat burung beo yang berbicara, maka yang didapatkannya hanyalah sebuah kebodohan belaka. Maka dari itu, pemahaman yang baik akan mantra ini akan mengungkap "Sang Jati Diri" yang bersemayam di dalam diri kita melalui dhyana yang berkesinambungan dan tanpa pamrih.  Dan dhyana ini seharusnya dibukakan oleh seorang guru yang telah berstatus "dwijati" dan non-pamrih  dalam segala hal.

(Bersambung...)  






No comments:

Post a Comment

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...