"OM SWASTIASTU"
Bebeke putih jambul
Tiap-tiap daerah pasti memiliki kebudayaan yang beranekaragam, unik dan berkualitas. Seperti halnya di pulau tercinta kita ini. Bali mempunyai berbagai macam seni yang terkenal sampai ke manca negara, sebagai contoh seni musik, seni suara, seni tari, seni pahat, seni lukis.
Nah untuk kali ini saya akan membahas tentang seni suara. Untuk seni suara terdapat dua jenis yaitu seni kerawitan dan seni tembang. Di Bali kita pasti pernah mendengar dan mengenal istilah Dharma Gita. Istilah Dharma Gita berasal dari bahasa Sansekerta dari kata Dharma dan Gita. Dharma artinya kebenaran, agama atau keagamaan, sedangkan Gita berarti nyanyian atau lagu. Jadi Dharma Gita berarti suatu lagu atau nyanyian kesucian yang secara khusus dilagukan pada saat-saat pelaksanaan upacara keagamaan umat Hindu. Dharma Gita juga merupakan satu dari media kesenian yang mengandung pemahaman ajaran agama khususnya agama Hindu serta sebagai usaha meningkatkan kesucian rohani.
Dalam rangka mempermudah mempelajari dan menghayati Dharma Gita, serta penerapannya dalam masyarakat, lalu Dharmagita dikelompokkan menjadi 5 bagian yaitu :
- Sekar Rare
- Sekar Alit
- Sekar Madya
- Sekar Agung
- Sloka
- Palawakya
Nah yang ingin saya bahas kali ini adalah salah satu lagu pada Sekar Alit. Kalian pasti tahu kan lagu Bebek Putih Jambul? Lagu ini sering kita nyayikan dulu sewaktu masih kecil. Tapi mungkin saja banyak yang belum tahu lagu sederhana ini sarat akan makna dan pembelajaran. Mari kita simak untuk mengetahui makna kiasan yang disembunyikan.
Bebeke putih jambul
Makeber ngaja kanginang
Neked kaja kangin,
Briak-briuk masileman
Pembahasannya sebagai beriku :
- Pada kalimat Bebeke putih jambul, ini sebenarnya lambang dari orang-orang yang berjiwa suci, contohnya Sulinggih (Su=baik, mulia, agung, dan luhur, sedangkan Linggih=kedudukan). Mengapa bebek putih jambul dipakai sebagai simbolik dari Sulinggih? Pertama yang bisa di analisis adalah dari bulu bebek yang berwarna putih sesuai dengan Amari Wesa (kewajiban tentang cara berpakaian Sulinggih) yang identik dengan warna putih. Tapi dalam hal ini, bukan hanya cara berpakaian ini yang digaris bawahi harus di tiru, tapi lebih kepada prilaku seorang Sulinggih yang wajib ditiru. Ini dikenal dengan nama Amari Sesana (kewajiban seorang Sulinggih dalam berprilaku). Memang tak kan semuanya mampu kita tiru dikarenakan status kita sebagai seorang Walaka, tapi setidaknya tirulah yang memang bisa kita tiru dan itu dibenarkan dan tak melanggar aturan yang ada.
Lalu kenapa Bebeke putih jambul ini dikatakan simbolik dari seorang Sulinggih? Ini tak lain dikarenakan dari "jambul bebek" yang mirip dengan gulungan rambut Sulinggih yang dikenal dengan Aketujata/Aketuagung/Abhawa ron.
Jadi kalimat Bebeke putih jambul ini menurut penafsiran saya selaku penulis, hal ini sebenarnya nasehat ditujukan khusus kepada mereka-mereka yang ingin/mulai menapak ajaran-ajaran kerohanian, tapi secara umum juga merupakan nasehat bagi semua orang.
- Pada kalimat makeber ngaja kanginan, ini menunjukkan salah satu arah mata angin. Dalam agama Hindu, tak ada arah mata angin yang dikatakan khusus dan tersakral. Karena menurut ajaran agama, semua arah mata angin itu suci, sebab Tuhan ada di mana-mana dan memenuhi seluruh jagad raya. Nah hal ini lah kemudian tertuang dan kita kenal dengan konsep Dewata Nawa Sanga (sembilan Penguasa di setiap penjuru mata angin) dan semua itu adalah perwujudan dari kekuatan Tuhan dalam berbagai manifestasiNya. Dengan demikian semua arah ialah suci dikarenakan semua arah ada Dewa Penguasanya.
Perkembangan Hindu di Bali dalam pemujaan kepada Tuhan terdapat sebuah istilah yaitu Hulu dan Teben. Hulu dan Teben adalah suatu konsep penataan tempat, baik secara vertikal maupun horisontal yang mampu membawa tatanan kehidupan skala dan niskala. Hulu adala arah yang utama yang memakai arah Timur atau gunung sebagai acuannya, dan Teben adalah hilir dan memakai arah Barat dan laut sebagai acuannya.
Arah Timur sebagai hulu dikarenakan pada arah ini di mana matahari terbit. Matahari dalam pandangan umat Hindu adalah sumber energi yang memberi kehidupan pada semua mahluk. Dan juga Timur memiliki arti Wetan, yang berasal dari kata wit (asal mula). Jadi siapa yang dimaksud sebagai Wit ini? Tak lain dari Beliau yang menciptakan jagat raya dan seluruh isinya.Sedangkan gunung dikatakan sebagai hulu ini disebabkan fungsi dari gunung itu sebagai pengikat awan yang turun menjadi hujan kemudian ditampung dalam hutan yang merupakan sumber mata air kehidupan karena tiada kehidupan tanpa air.
Dan sebagai catatan saja, penetapan Hulu dan Teben ini hanya merupakan kesepakatan dan etika pemujaan Hindu di Bali saja. Namun ada juga tempat pemujaan yang menghadap ke barat, ke selatan dan lain-lain. Itu bukanlah sebuah hal yang perlu di debatkan atau menjadi pertentangan karena seperti yang sudah diterangkan diatas bahwa dalam Hindu sejatinya semua arah adalah suci.
Jadi maksud dari kalimat makeber ngaja kanginan mempunyai makna, bahwa ketika kita mulai menuju jalan Tuhan, kita diharapkan jiwa dan raga harus sepenuhnya/fokus diarahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
- Pada kalimat Neked kaja kangin, ini adalah simbolik dari seseorang yang telah mendalami agama maupun kerohanian (spiritual).
- Sedangkan untuk kalimat Briak-briuk masileman ini merupakan kalimat kiasan dari kegiatan/aktifitas sehari-hari dalam menjalani dan mendalami agama ataupun dunia spiritual , yang hendaknya pelaku tersebut senantiasa menikmati hal tersebut, bukan disebabkan karena keterpaksaan. Dan di sini kita diajarkan tentang keiklasan yang menjadi modal dasar dari menapak jalan ke-Tuhan-an.
Kalau kita simak dan pahami secara keseluruhan dari lirik lagu di atas, maka kita akan meyadari bahwa leluhur kita dahulu mengajarkan ajaran moral/susila (etika) dan cara kita melaksanakan ajaran agama dengan mendalami pengetahuan dan filsafat agama (tattwa) yang telah dikombinasikan pada Seni Budaya, maka Tattwa (filsafat/ajaran agama) dan budaya ternyata saling mengikat tidak bertentangan. Ini lah hebatnya leluhur dulu, beliau dalam memberikan petuah/nasehat kepada anak cucunya, dengan sebuah nyanyian sederhana yang mengandung makna yang luar biasa, yang ingin kita mengupas maksud tersembunyinya. Inilah warisan beliau yang wajib kita jaga, dan kita wariskan kepada generasi selanjutnya. Mari pelajari lebih banyak lagi warisan-warisan apa saja yang beliau tinggalkan kepada kita, karena kita sebagai generasi selanjutnya, merupakan kewajiban kita untuk melestarikan semua ajaran-ajarannya.
* Tulisan ini menyadur dari berbagai sumber
Pesan Penulis
Ketika banyak karya sastra yang menggunakan majas simbolik diciptakan, di sana tertuang pesan-pesan moral yang diperuntukkan kepada kita sebagai generasi selanjutnya, seperti pada lagu Bebeke Putih Jambul, kita diharapkan mampu meniru karakter seekor bebek yang mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk, ketika saat bebek memilih makanan walau di dalam lumpur sekalipun, ia mengetahui dengan pasti yang mana makanan dan yang mana bukan makanan. Dan banyak lagi pelajaran yang bisa kita petik darinya dan menjadikannya sebuah pemahaman yang berharga.
* Tulisan ini menyadur dari berbagai sumber
Pesan Penulis
Ketika banyak karya sastra yang menggunakan majas simbolik diciptakan, di sana tertuang pesan-pesan moral yang diperuntukkan kepada kita sebagai generasi selanjutnya, seperti pada lagu Bebeke Putih Jambul, kita diharapkan mampu meniru karakter seekor bebek yang mampu memilah mana yang baik dan mana yang buruk, ketika saat bebek memilih makanan walau di dalam lumpur sekalipun, ia mengetahui dengan pasti yang mana makanan dan yang mana bukan makanan. Dan banyak lagi pelajaran yang bisa kita petik darinya dan menjadikannya sebuah pemahaman yang berharga.
No comments:
Post a Comment