Thursday 25 May 2017

PEMBERIAN

" OM SWASTIASTU "

Dalam sebuah gubuk tua tinggalah seorang wanita dengan anaknya. Ibu itu bernama Bu Darmi dan anak laki-lakinya yang berumur 7 tahun bernama Prasaja. Setiap hari dia dan anaknya bekerja sebagai pencari barang bekas di jalanan. Karena keadaan ekonominya yang begitu miris, sehingga anaknya pun belum mengenyam bangku pendidikan.

Suatu hari Bu Darmi dan Prasaja pergi mencari barang bekas ke kota. Dia mengais dari satu tong sampah ke tong sampah lainnya. Walau di bawah terik matahari, dia dan anaknya tetap semangat bekerja.

Saking panasnya, berulang kali ibu dan anak itu harus meneguk air dari botol minuman yang mereka bawa. Lama kelamaan akhirnya air dalam botol pun habis. Tiba saatnya Prasaja yang kehausan itu hendak minum, tapi sangat disayangkan setetes air pun tak tersisa, lalu dia pun merengek kepada ibunya untuk mencarikan air.

Melihat hal itu, Bu Darmi segera pergi mencarinya. Ketika meyusuri jalan, tiba-tiba dia melihat sebuah keran air yang terletak di luar sebuah toko kecil yang cukup ramai pembeli sedang berbelanja. Kebetulan di sana ada seorang karyawan yang sedang menyapu di luar toko. Lalu Bu Darmi pun memberanikan diri berkata tuk meminta sebotol air keran tersebut.

Karyawan yang baik hati itu tanpa banyak kata mempersilahkan Bu Darmi untuk mengambilnya. Tapi sangat disayangkan, baru setengah dari botolnya terisi, keluarlah pemilik toko dan menghardik Bu Darmi dengan kata-kata kasar. Tak luput karyawannya sendiri juga di maki-maki karena memberikan izin. Walau sudah berkali-kali Bu Darmi meminta maaf, namun si pemilik tak juga berhenti mengoceh. Mendengar keributan itu, para pembeli pun keluar melihat peristiwa yang sedang terjadi.

Banyak yang menyayangkan atas sikap dan kata-kata pemilik toko yang keterlaluan itu. Karena kasihan, beberapa orang pembeli lalu menggandeng tangan Bu Darmi untuk meninggalkan toko tersebut. Pembeli lainnya, yang merasa kesal melihat tingkah laku pemilik, akhirnya mengurungkan niatnya untuk membeli barang di toko itu.

Lambat laun peristiwa itu tersebar dilingkungan tersebut. Dari mulut ke mulut hal itu menjadi besar. Para pelanggan yang dulunya sering datang ke toko itu, kini tak pernah lagi mampir. Banyak yang tak suka atas sikap si pemilik toko. Akhirnya toko itu pun lambat laun gulung tikar.

Pesan Penulis

Ketika kulit kita terluka oleh sebuah pisau, kita masih bisa mengobatinya, dan jika waktunya sudah tiba maka bekas luka itu akan hilang. Tapi ketika kata-kata buruk yang kita lontarkan kepada seseorang dengan maksud menghina, maka itu akan susah untuk dihilangkan atau disembuhkan, karena akan selalu tersimpan rapat di dalam hati.

"Semakin banyak memberi, maka semakin banyak akan di terima". Kini, banyak orang yang makin gemar mengumpulkan sesuatu yang sebenarnya bukanlah miliknya, tapi lupa untuk memberi apa yang telah dia peroleh kepada orang lain yang lebih membutuhkan. Memang benar dengan meminta kita akan mendapatkan banyak, tapi mereka lupa bahwa dengan memberi, sebenarnya kita mengundang berkahNya. Maka dari itu marilah kita timbun banyak phala dari karma yang baik selama masih diizinkan menghirup napas olehNya. 



" OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM "



10 comments:

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...