Friday 12 May 2017

HADIAH DARI-NYA

"OM SWASTIASTU"

Pada zaman dahulu hiduplah seorang pemuda yatim piatu di sebuah gubuk pada pedalaman hutan. Dia seorang yang lugu, tanpa pernah mengenyam pendidikan apapun, yang dia tahu hanya hutan dan sebuah patung batu hasil karya almarhum ayahnya. Dulu, sebelum ayahnya menghembuskan nafas terakhirnya, dia sempat berkata "anakku, ingatlah selalu, jangan pernah lupa untuk memuja Tuhan pada patung kecil yang telah bapak buat, itu adalah simbolNya." Karena pesan terakhir inilah, maka pemuda itu sampai sekarang selalu taat memuja patung itu, walau dia belum mengerti siapa yang dia puja.

Dalam keseharian untuk mencukupi kebutuhannya, pemuda ini selalu mencari buah-buahan ataupun berburu binatang di hutan. Suatu hari tak satupun binatang yang berhasil dia tangkap, maka dia memutuskan memasang beberapa jerat. Dan sebagai gantinya, dia mencari buah-buahan lalu pulang ke gubuknya.

Keesokan hari, dia segera menengok jerat yang kemarin telah dipasang. Ternyata disana dia berhasil mendapatkan seekor kelinci yang telah terperangkap. Diambil kelinci tersebut, lalu dibawanya pulang. 

Ketika perjalanan pulang dia harus melewati sebuah mata air. Pada tepi mata air itu dilihatnya seorang Brahmana yang sedang duduk bermeditasi. Karena tertarik akan apa yang dilakukan Brahmana tersebut, maka pemuda ini duduk ditempat yang agak jauh sambil pandangannya tak lepas dari sosok Sang Brahmana.

Akhirnya Brahmana tersebut mengakhiri meditasinya dan segera membuka matanya. Ketika matanya telah terbuka, dia melihat seorang pemuda yang sedang asyik memandang dirinya. Lalu dihampiri pemuda itu dan bertanya "apa yang sedang engkau lakukan disini nak? Dan kenapa engkau memperhatikan aku yang sedang bermeditasi?" Pemuda itu segera menjawab "maafkan atas perbuatan saya, saya tertarik akan apa yang telah Tuan lakukan. Jika Tuan berkenan, bolehkah saya belajar tentang meditasi kepada Tuan".

Mendengar hal itu Sang Brahmana tersenyum, lalu mengajukan sebuah syarat,"aku akan mengajarimu jika engkau bisa membunuh kelinci buruan itu tanpa ada yang melihatnya, dan ingat engkau tak boleh berbohong pada siapapun, jika engkau menemukan jawabannya maka besok kita akan bertemu kembali di tempat ini pada waktu yang sama." Setelah berkata itu, Sang Brahmana pergi dari hadapan si pemuda.

Lalu pemuda itu segera pulang ke gubuknya. Sampai disana dia hendak menyembelih kelinci itu, tapi niatnya dibatalkan karena dihadapannya ada patung kecil simbol Tuhan ciptaan ayahnya. Dia pun bergumam dalam hati "kalau aku menyembelih disini bukankah Tuhan dalam patung itu akan melihatnya, lebih baik aku cari tempat lain."

Pergilah dia ke tengah hutan, ketika bersiap-siap akan memulai menyembelih kelinci buruan, dia terkejut karena didepannya lagi-lagi berdiri patung buatan ayahnya. Si pemuda yang heran akan kejadian tersebut segera berlari menjauh mencari tempat sunyi. Kemudian dia menemukan sebuah gua, disana diputuskan akan menyembelih kelincinya, tapi lagi-lagi patung itu ada disana.

Sudah berkali-kali dia hendak menyembelih di tempat yang berlainan, tapi dimana pun dia ingin melakukannya, patung itu selalu ada disana. Karena merasa lelah mencari tempat sembunyi, dia pun memutuskan akan tetap menyembelih kelinci itu walau ada patung buatan ayahnya. Belum juga dilakukan, tiba-tiba dia ingat pesan Sang Brahmana agar tak berbohong pada siapapun (tidak bohong termasuk kepada dirinya sendiri). Akhirnya dia melepaskan kelinci itu dan membiarkannya pergi.

Keesokan harinya dia menemuai Sang Brahmana di waktu dan tempat yang dijanjikan. Disana dia bercerita dengan jujur, dan menyadari bahwa tak ada tempat di dunia ini yang tak terlihat olehNya. Dan dia juga mulai mengerti, bahwa menyakiti makhluk hidup itu salah. Karena dia telah berkata dengan jujur, maka Sang Brahmana mengajarinya cara bermeditasi. Setelah pemuda itu paham akan ajaran-ajaran yang telah diberikan, lalu Brahmana itu memberikannya sebuah patung untuknya agar selalu di puja.

Pemuda itu heran bukan kepalang, karena patung yang diberikan Brahmana itu adalah patung hasil karya ayahnya sendiri. Dia masih tertegun memandang patung tersebut. Ketika ia hendak menanyakan hal itu, namun si pemuda sudah tak dapat menemukan sosok Sang Brahmana di depannya.

Pemuda itu pun segera pulang ke rumahnya. Mulai hari itu ia berjanji tak akan berburu binatang lagi, dan dia juga taat menjalankan semua ajaran-ajaran Sang Brahmana yang pernah diajarkan kepadanya.

Pesan Penulis

Tak ada tempat yang tak terlihat olehNya, karena Beliau ada dimana-mana, meresapi segala ciptaan-Nya. Jadi perbuatan apapun yang anda sumbunyikan dariNya, tetap akan diketahui. Jadi masihkah anda ingin berbuat salah dan selalu mencoba menyembunyikannya? Sebelum "Pengadilan Tuhan" datang, mari kita bersama-sama menebarkan dharma.

Jangan takut, Tuhan itu tak buta akan kesedihanmu. Beliau tak tuli akan doa-doamu. Dan Beliau juga tak diam akan rasa sakitmu. Jika engkau percaya sepenuhnya kepadaNya, sekecil apapun kesalahan yang kerap kau buat maka Beliau akan mengirimkan "sesuatu" untuk menyadarkanmu.

oleh Gede Laksana

" OM SHANTI, SHANTI, SHANTI, OM "



2 comments:

  1. Suksema Pak Gede postingannya, mengingatkan saya untuk selalu eling dan waspada...eling maksutnya selalu ingat kepadaNya dimanapun kita berada dan waspada dalam bertingkah laku sehari-hari karena berlaku adharma sangatlah mudah..sementara berjalan di jalan dharma itu perlu latihan dan disiplin...salam rahayu

    ReplyDelete

UDENG

" OM SWASTIASTU " Tata busana orang-orang Bali ketika melaksanakan suatu upacara atau kegiatan keagamaan memiliki ciri-ciri ...