" OM SWASTIASTU "
Malam telah menampakkan dirinya. Kegelapan pun menyelimuti tiap sudut. Aku yang masih asyik duduk sendiri merenungi tentang perjalanan hidupku, dan menikmati malam itu dengan secangkir teh hangat.
Tak lama kemudian kubaringkan tubuh pada lantai yang beralaskan bentangan karpet hijau, sambil memainkan sebuah tembang dari Ebiet G. Ade yang berjudul "Kalian Dengarkanlah Keluhanku".
Alunan merdu gitar tua mulai terdengar, yang beriringan dengan jenis suara Bariton ku. Sambil menyanyi, kuresapi tiap syair lagu kalbu tersebut. Hmmm.....begitu menyenangkan dan menyentuh hati, sampai-sampai cecak pun ikut bergabung menyanyi bersama-sama.
Satu buah lagu telah selesai ku dendangkan, lalu kembali ku sruput teh dalam cangkir sampai habis. Seiring kurasakan kehangatan teh itu mengalir melewati rongga-rongga tubuh, pandanganku pun kualihkan pada langit-langit rumah.
Sepersekian menit kupandang langit-langit rumah, tiba-tiba aku memahami sebuah pelajaran darinya. Aku diajarkannya bagaimana seharusnya menggantungkan cita-cita. Lalu tembok pun seakan ikut berucap "contohlah tekad ku, yang selalu berdiri tegak tak tergoyahkan".
Setelah tembok berucap, kini giliran jam dinding berkata "tiap detik itu berharga, maka hargailah waktu, karena kita tak kan pernah bisa mengulang masa lalu".
Tak hanya itu saja, kalender yang menempel di dinding pun ikut berbisik, "jangan tunda sampai besok, karena aku terus berganti". Pintu yang tak mau kalah juga ikut berteriak, "berusahalah dengan sekuat tenaga, sama saat engkau mendorong berniat menutup diriku". Dan terakhir lantai bertutur dengan lembutnya, "ingat untuk selalu duduk bersila di atas ku, karena kunci sebuah kesuksesan seseorang dimulai dari doa dan ucapan syukur hanya kepadaNya.
Setelah pembelajaran hidup telah ku peroleh dari bagian rumah sederhana kami, aku pun tak lupa tuk bersyukur. Ku ambil sebuah buku, lalu ku tulis apa saja yang barusan di pelajari. Setelah itu, aku beristirahat di kamar.
Pesan Penulis
Guru yang terbaik adalah belajar dari alam. Dari alam pula kita akan kerap memperoleh pembelajaran tentang diri dan kesejatiannya. Dan alam pun mengajarkan kepada kita, bagaimana cara melihat ke atas sebagai motivasi, bukan untuk menjadi pribadi yang rendah diri. Tak lupa juga mengajarkan kita agar selalu melihat ke bawah, agar kita menjadi manusia yang selalu ingat untuk bersyukur, bukan untuk menjadi pribadi yang sombong.
Tak lama kemudian kubaringkan tubuh pada lantai yang beralaskan bentangan karpet hijau, sambil memainkan sebuah tembang dari Ebiet G. Ade yang berjudul "Kalian Dengarkanlah Keluhanku".
Alunan merdu gitar tua mulai terdengar, yang beriringan dengan jenis suara Bariton ku. Sambil menyanyi, kuresapi tiap syair lagu kalbu tersebut. Hmmm.....begitu menyenangkan dan menyentuh hati, sampai-sampai cecak pun ikut bergabung menyanyi bersama-sama.
Satu buah lagu telah selesai ku dendangkan, lalu kembali ku sruput teh dalam cangkir sampai habis. Seiring kurasakan kehangatan teh itu mengalir melewati rongga-rongga tubuh, pandanganku pun kualihkan pada langit-langit rumah.
Sepersekian menit kupandang langit-langit rumah, tiba-tiba aku memahami sebuah pelajaran darinya. Aku diajarkannya bagaimana seharusnya menggantungkan cita-cita. Lalu tembok pun seakan ikut berucap "contohlah tekad ku, yang selalu berdiri tegak tak tergoyahkan".
Setelah tembok berucap, kini giliran jam dinding berkata "tiap detik itu berharga, maka hargailah waktu, karena kita tak kan pernah bisa mengulang masa lalu".
Tak hanya itu saja, kalender yang menempel di dinding pun ikut berbisik, "jangan tunda sampai besok, karena aku terus berganti". Pintu yang tak mau kalah juga ikut berteriak, "berusahalah dengan sekuat tenaga, sama saat engkau mendorong berniat menutup diriku". Dan terakhir lantai bertutur dengan lembutnya, "ingat untuk selalu duduk bersila di atas ku, karena kunci sebuah kesuksesan seseorang dimulai dari doa dan ucapan syukur hanya kepadaNya.
Setelah pembelajaran hidup telah ku peroleh dari bagian rumah sederhana kami, aku pun tak lupa tuk bersyukur. Ku ambil sebuah buku, lalu ku tulis apa saja yang barusan di pelajari. Setelah itu, aku beristirahat di kamar.
Pesan Penulis
Guru yang terbaik adalah belajar dari alam. Dari alam pula kita akan kerap memperoleh pembelajaran tentang diri dan kesejatiannya. Dan alam pun mengajarkan kepada kita, bagaimana cara melihat ke atas sebagai motivasi, bukan untuk menjadi pribadi yang rendah diri. Tak lupa juga mengajarkan kita agar selalu melihat ke bawah, agar kita menjadi manusia yang selalu ingat untuk bersyukur, bukan untuk menjadi pribadi yang sombong.
oleh Gede Laksana
No comments:
Post a Comment